Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjemput Takdir Pembebasan Al-Aqsa

Ali Farkhan Tsani - Senin, 27 Desember 2021 - 22:01 WIB

Senin, 27 Desember 2021 - 22:01 WIB

40 Views

Oleh Ganjar Darussalam, Kabid Humas Aqsa Working Group (AWG) Biro Jawa Barat

Penguasaan pendudukan Zionis Israel atas bangsa Palestina masih saja terjadi pada abad modern ini. Penjajahan, kedzaliman, kesewenang-wenangan yang jelas melanggar HAM dan dikategorikan sebagai kejahatan Internasional masih kerap dirasakan oleh rakyat Palestina di depan kesaksian dunia internasional.

Yahudisasi pun terus berlangsung di situs suci Kota Tua Al-Quds (Yerusalem) dan Masjid Al-Aqsa (Baitul Maqdis), tempat sejarah panjang peradaban manusia dan dunia.

Jika ditinjau sekilas sejarah asal usul bangsa Palestina dan asal penamaan Palestina itu sendiri, telah lahir sejak zaman para Nabi. Tarikh Nabi Nuh ‘Alaihis Salam (3993-3043 SM) yang hidup sekitar 950 tahun dengan empat puteranya: Sam (Syam), Ham, Yafet (Yafits) dan Yam (Kan’an). dari Syam melahirkan keturunan bangsa Arab, dari Ham melahirkan keturunan bangsa Afrika, dari Yafet melahirkan keturunan bangsa Ruum (Romawi). Sementara Kan’an tidak melahirkan keturunan karena meninggal akibat tenggelam oleh banjir bandang.

Baca Juga: Hamas dan Fatah Setuju Bentuk Komite Bersama Kelola Gaza Pascaperang

Adapun bangsa Kan’an yang menempati Tanah Kan’an (Ardhu Kan’an) asal mula Negeri Filistin, yang dalam ejaan Inggris Palestine dan Palestina (Bahasa Indonesia), mereka berasal dari keturunan Kan’an bin Ham bin Nuh AS (anak kedua Nabi Nuh).

Setelah itu berlanjut di Zaman Nabi Ibrahim AS (1997-1882 SM). Usianya sekitar 115 Tahun. Diteruskan oleh anaknya Nabi Ishaq AS dan kemudian dilanjut lagi oleh cucunya yaitu Nabi Ya’qub AS dan menjadi Rasul-Nya yang meneruskan risalah kakeknya, Nabi Ibrahim AS.

Nabi Ya’qub inilah yang digelari dengan “Israiil” (yang suka berjalan pada malam hari atau juga bermakna hamba Allah) kemudian anak keturunannya disebut Bani Ya’qub atau Bani Israil (1837-1690 SM).

Seterusnya setiap Nabi dari keturunan Nabi Ibrahim yang bergelar Abul Anbiya (Bapaknya Para Nabi), meliputi Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Hampir semua Nabi berkaitan erat dengan Palestina dan Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsa).

Baca Juga: Al-Qassam Umumkan Tewaskan dua Tentara Israel di Kamp Jabalia

Ternyata bukan hanya tempat asal para Nabi yang berdakwah dan membangun peradaban di sana, Rasulullah Muhammad SAW pun berdasarkan Al-Quran Surat Al-Isra ayat 1-8, dan berbagai Hadits beliau tentang Palestina dan Al-Aqsa banyak riwayatnya. Ini artinya Allah sengaja agar Al-Aqsa dan Palestina selalu dalam perhatian dan pengelolaan Muslimin atau Umat Islam.

Wilayah Palestina inipun pernah berada di bawah kekuasaan Turki Ottoman (Dinasti Utsmaniyah) selama 400 tahun, dengan pusat administrasi di Damaskus. Lalu semenjak jatuhnya Kekaisaran Ottoman pada Perang Dunia 1, nama Palestine dihidupkan kembali, akan tetapi berada pada mandat Inggris.

Sehingga sejak awal adanya Ardhu Kan’an (Filistin) adalah milik orang Arab asli dan pendatang Yunani yang juga asal usulnya masih keluarga besar bangsa Arab yang kemudian menetap di sana.

Dari uraian ini saja jelas terlihat tidak ada sejarah yang menyebutkan penduduk asli Palestina adalah orang-orang Yahudi Israel yang saat ini menjajah hak-hak rakyat Palestina dengan paham Zionisnya, sebagai dalang dari konspirasi dunia pada abad sekarang. “Bangsa Israel” yang ada sekarang mereka adalah para Yahudi yang berasal dari berbagai belahan dunia. Jadi bisa dipastikan bukanlah Bani Israil anak cucu (Nabi Ya’qub AS).

Baca Juga: WHO Evakuasi 11 Pasien Kanker Anak dari Gaza ke Yordania

Kita hidup pada abad milenial dengan berbagai kemajuan teknologi yang senantiasa terus berkembang secara pesat, disertai dengan kemudahan fasilitas yang menunjang dan akses terbuka dalam melakukan berbagai hal yang kita perlukan. Akan tetapi di sisi lain masih berdampingan erat dengan penjajahan itu sendiri. Nampak nyata di depan mata kita, terdengar jelas jeritan korban penjajahan di telinga kita.

Lalu sebagai generasi muda yang hidup di era milenial yang serba terbuka ini, marilah kita menjemput takdir dalam upaya pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina. Saatnya kita manfaatkan sebaik mungkin fasilitas yang ada ini untuk menunjang tujuan pembebasan Masjid Al-Aqsa, agar racun yang mereka buat, jebakan yang mereka ciptakan, kembali untuk mereka sendiri.

Tentu dalam hal ini tidak ada yang instan, ini perlu proses tahapan yang harus dilalui, disertai dengan komitmen, keistiqomahan dan kesabaran yang ulet.

Beberapa Pekerjaan

Baca Juga: Pemukim Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa untuk Ritual Talmud

Beberapa pemikiran yang perlu terus dikerjakan oleh kita semua para pegiat Al-Aqsa di antaranya adalah:

  1. Proses Pengkaderan

Setiap pemuda generasi milenial harus terus dikader agar berada dalam wadah perjuangan ini. Definisi kader itu sendiri adalah mereka yang sadar akan peran dan fungsinya sebagai seorang pemuda Muslim.

  1. Proses Pembinaan

Tentu dengan adanya pembinaan yang dipelihara, setiap langkah gerakan akan terukur dan sistematis setahap demi setahap sampai pada tujuan.

  1. Proses Pelatihan

Senantiasa agar dilatih menjadi seorang pejuang (Mujahid) yang meyakini kemampuannya dalam rangka dan upaya pembebasan Masjid Al-Aqsa secara profesional.

Baca Juga: Tradisi Pembuatan Sabun Nablus Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO

  1. Coaching Clinic

Selalu mengasah skill dengan mentor khusus dan intensif.

Dari kesemuanya, tentu harus dibarengi keimanan dan ketakwaan dengan menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai dasar perjuangan. Perpaduan antara iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) harus ditunjang dan senantiasa beririsan dengan imtak (iman dan takwa). Itulah gambaran mujahid Al-Aqsa era milenial.

Perspektif semua itu semakin meyakinkan kita semua akan kemenangan dan kejayaan Islam pada akhir zaman. Sebaliknya kekalahan dan kesengsaraan akan kembali dialami oleh orang-orang Yahudi.

Akan tetapi pada sisi lain untuk menuju ke sana, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mempelajarinya, menitinya, langkah demi langkah, satu demi satu tahapan. Kitapun harus menguasai berbagai sektor kehidupan dunia ini, untuk mengembalikan serangan balik musuh-musuh yang hendak menodai Al-Aqsa.

Baca Juga: Israel Serang RS Kamal Adwan, Relawan MER-C Aman

Semoga perjuangan kita semua dipermudah oleh Allah dalam rangka ikhtiar menjemput takdir pembebasan Al-Aqsa. Apapun yang kita pelajari, sesedikit apapun yang kita kerjakan, seberapa kalimatpun yang kita tuliskan, untuk kemenangan Al-Aqsa, semoga mendapat nilai pahala jihad di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin Allahumma Aamiin. Wallahu A’lam. (A/Gan/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: NYT: Israel Bangun Pangkalan Militer di Gaza Tengah

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Palestina
Kolom