Menkes: Tercatat 15 Kasus Hepatitis Akut di Indonesia

Jakarta, MINA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, saat ini tercatat dugaan atau suspek hepatitis akut di .

Sebelumnya tiga kasus pertama di Indonesia dilaporkan pada tanggal 27 April yang dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi penyakit hepatitis akut misterius ini, beberapa hari setelah Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyampaikan adanya kejadian luar biasa atau outbreak di Eropa penyakit ini di Eropa.

“Tanggal 27 April itu kita sudah langsung mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan melakukan surveillance monitoring terhadap kasus ini,” katanya keterangan pers di Jakarta pada Senin (9/5).

Menkes meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan pencegahan, salah satuya dengan menjaga kebersihan diri.

“Virus ini menularnya lewat asupan makanan yang lewat mulut, jadi kalau bisa rajin cuci tangan saja supaya kita pastikan yang masuk ke anak-anak kita, kan ini menyerang banyak di bawah 16 tahun lebih banyak lagi di bawah 5 tahun, itu bersih,” ujarnya.

Secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan buang air besar berwarna putih pucat. Menkes meminta agar para orang tua untuk segera memeriksakan anak dengan gejala tersebut ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.

“Kalau dia buang air besar dan kemudian mulai ada demam nah itu dicek SGPT- SGOT-nya. Kalau sudah di atas 100, lebih baik di-refer ke fasilitas kesehatan terdekat. SGPT-SGOT normalnya di level 30-an, kalau sudah naik agak tinggi sebaiknya di-refer ke fasilitas kesehatan terdekat,” ujarnya.

Budi menambahkan, pihaknya juga telah berkomunikasi dengan Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat dan Pemerintah Inggris untuk memperoleh informasi mengenai penyakit ini.

“Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama-sama oleh Indonesia, bekerja sama dengan WHO dan juga kita bekerja sama dengan Amerika (Serikat) dan Inggris, untuk bisa mendeteksi secara cepat penyebab penyakit ini. Kemungkinan besar adalah adenovirus strain 41, tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada adenovirus strain 41 ini,” ujarnya.(R/R5/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)