Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menlu AS: Militer Myanmar Bertanggung Jawab atas Krisis Rohingya

Syauqi S - Kamis, 19 Oktober 2017 - 20:21 WIB

Kamis, 19 Oktober 2017 - 20:21 WIB

276 Views ㅤ

Warga Rohingya yang melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar. (Foto: O. Elif Kezil/DW)

Warga Rohingya yang melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar. (Foto: O. Elif Kezil/DW)

Washington, MINA – Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mengatakan Amerika Serikat (AS) menuntut pertanggungjawaban kepemimpinan militer Myanmar atas tindakan keras terhadap komunitas minoritas Muslim Rohingya.

“Dunia tidak bisa hanya diam saja dan menjadi saksi kekejaman yang dilaporkan terjadi di wilayah tersebut,” tegas Tillerson kepada think tank Center for Strategic and International Studies, Rabu (18/10), seperti dilansir Deutsche Welle yang dikutip MINA.

“Kami benar-benar meminta kepemimpinan militer (Myanmar) bertanggung jawab atas apa yang terjadi,” kata Tillerson, menambahkan AS ‘sangat prihatin’ dengan krisis tersebut.

“Washington memahami Myanmar menghadapi masalah militansi, namun militer harus didisiplinkan dan dikendalikan,” tegasnya.

Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia

Tillerson tidak mengatakan apakah AS akan mengambil tindakan terhadap para pemimpin di Myanmar atas serangan yang telah mendorong lebih dari 500.000 warga minoritas Rohingya di negara tersebut melarikan diri ke Bangladesh.

Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar dalam jumlah besar sejak akhir Agustus ketika serangan gerilyawan Rohingya dibalas dengan operasi besar-besaran oleh militer, yang dituduh melakukan pembakaran desa-desa Rohingya, pembunuhan, dan pemerkosaan.

“Seseorang, jika laporan ini benar, harus dituntut atas masalah ini,” kata Tillerson. “Dan terserah kepada pimpinan militer Burma untuk memutuskan arah mana yang akan mereka mainkan di masa depan Burma?”

Tillerson mengatakan Washington memandang Myanmar sebagai ‘sebuah negara berkembang yang penting’, namun krisis Rohingya merupakan ujian bagi pemerintah dalam pembagian kekuasaan.

Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri

Komentar Tillerson datang menyusul sebuah laporan dari kelompok aktivis hak asasi manusia Amnesty International yang menyebut pasukan keamanan Myanmar melakukan pembersihan secara sistemik terhadap orang-orang Rohingya.

Menurut laporan tersebut, yang dibuat berdasarkan wawancara dengan lebih dari 100 pengungsi, , seperti dimuat VOA, pasukan keamanan menembak ratusan orang Rohingya yang mencoba melarikan diri dari desa mereka dan membakar sampai mati orang tua dan orang sakit yang terlalu lemah untuk melarikan diri. (T/R11/RS3)

 

Miraj News Agency (MINA)

Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Internasional
Wapres RI Ma'ruf Aamiin menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-44 dan ke-45 di Vientiane, Laos, Rabu (9/10/2024) (Foto: Setwapres RI)
Asia
Amerika