Washington, 4 Syawal 1436/ 20 Juli 2015 (MINA) – Menteri Luar Negeri AS John Kerry membela persetujuan nuklir dengan Iran dalam debat jarak jauh dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di jaringan televisi CBS hari Ahad (19/07) waktu setempat.
Netanyahu menuding kesepakatan ini akan membuka jalan bagi pengembangan senjata nuklir Iran dan penghapusan blokade ekonomi akan memungkinkan Iran memberikan uang pemerintah untuk membiayai kegiatan teroris.
Menteri Luar Negeri John Kerry membantah, dengan mengatakan jalur Iran untuk membangun persenjataan nuklir akan ditutup, demikian US Today yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Dan kesepakatan ini akan dapat meningkatkan situasi keamanan di Iran dan di seluruh Timur Tengah,” tambahnya menggarisbawahi salah satu makna penting perjanjian yang dicapai dengan Iran. Enam negara kuat telah menandatanganan perjanjian tersebut dengan Iran yakni Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis dan Tiongkok, lalu ditambah Jerman (biasa disingkat dengan P5+1).
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Dalam debat jarak jauh itu Netanyahu terus menyerang perjanjian. Ia mengatakan Iran mungkin menipu sehingga program energi nuklir-nya ada dan akan tetap utuh.
“Alternatif terbaik adalah bongkar program nuklir Iran sebelum sanksi ekonomi dicabut,” kata Netanyahu menghasut.
Berdasarkan perjanjian itu, Presiden Obama telah mengumumkan Selasa (14/07), AS dan sekutunya mengurangi sanksi ekonomi pada Iran karena Iran mengikuti tahap-tahap yang disepakati dalam perjanjian.
Kerry yang dalam debat ini bersama Menteri Energi AS, Ernezt Moniz, (19/07) menjelaskan, kesepakatan dengan Iran tersebut, tidak hanya didasarkan pada kepercayaan pada apa yang dikatakan Iran, tapi juga disertai inspeksi dan sangsi dapat diadakan kembali jika Iran melanggar ketentuan.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
“Segala sesuatu dalam kesepakatan ini didasarkan pada kinerja yang dapat diverifikasi, dan penting,” kata Kerry.
Pemerintah AS telah mengajukan perjanjian ini pada Kongres (lembaga perwakilan rakyat AS) di mana Partai Republik yang oposisi punya suara mayoritas. Maka bila Kongres tak menyetujui perjanjian dengan Iran, Presiden Obama telah menyatakan akan memveto keputusan Kongres tersebut sehingga perjanjian tetap berlaku. Veto ini hanya akan bisa dilawan Partai Republik jika berhasil mendapatkan dua pertiga suara Kongres untuk mengalahkan kesepakatan nuklir Iran. Ini artinya Republik harus kerja keras meraih dukungan dari Partai Demokrat pesaingnya yang justru adalah partainya Presiden Obama.
Kerry mengatakan, Obama dan para pembantunya mengejar kesepakatan Iran karena “tantangan utama di sini adalah mendapatkan senjata nuklir dari Iran. Dan kami percaya kesepakatan ini dapat mencapai tujuan itu.” (T/anj/P2)
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan