Amr dijadwalkan bertemu dengan delegasi pejabat Ethiopia yang dipimpin Perdana Menteri Hailemariam Desalegn selama dua hari (Ahad-Senin), untuk memastikan proyek bendungan baru yang dijalankan Ethiopia tetap memberikan pembagian air Nil yang sama seperti yang sudah disepakati sejak dulu, Ahram melaporkan sebagaimana dipantau kantor berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Proyek yang disebut Bendungan Renaissance Ethiopia Baru itu rencananya akan dibuat menjadi pembangkit tenaga listrik terbesar di Afrika yang dimulai sejak April 2011 dan dijadwalkan selesai pada 2017.
Mesir, sebagai salah satu negara yang mendapat pembagian air dari Nil, khawatir jika proyek tersebut dijalankan berdampak pada volume air yang mencapai Mesir, di mana rakyat Mesir yang populasi penduduknya mencapai hampir 84 juta jiwa menggunakan Nil sebagai sumber air satu-satunya di negeri piramid itu.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Sebelumnya pada Kamis (13/6), Perdana menteri Mesir, Hisham Qandil mengatakan, kunjungan Amr ke Ethiopia untuk membahas bendungan Renaissance adalah mencari solusi bersama yang menguntungkan kedua negara (win-win solution).
Qandil mengatakan, komisi tiga pihak (tripartite) yang bertanggung jawab meninjau proyek bendungan Renaissance tidak menerima laporan yang memadai dari Ethiopia guna memastikan bendungan tidak akan merusak pembagian air Mesir.
Amr juga diperkirakan akan bertemu Presiden Sudan, Umar Al-Bashir di Khartoum, ibukota Sudan pada Selasa mendatang (18/6) untuk membahas hasil pertemuannya di Ethiopia. Sudan, seperti Mesir, juga menanti hasil yang sama seperti Mesir.
Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia yang mengalir sepanjang 6.700 kilometer melalui sepuluh negara di timur laut Afrika, termasuk Mesir, Sudan, Sudan selatan, Rwanda, Burundi, Republik Demokratik Kongo (DRC), Tanzania, Kenya, Uganda, Ethiopia, dan Eritrea.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Menurut Institut Perencanaan Nasional Mesir, Mesir akan memerlukan tambahan 21 miliar meter kubik air per 2050, di atas penjatahan tahunan saat ini hanya 55 miliar meter kubik, untuk memenuhi kebutuhan populasi yang diperkirakan mencapai 150 juta di tahun-tahun mendatang.(T/P03/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel