Kairo, 13 Ramadhan 1434/21 Juli 2013 (MINA) – Pemerintah baru Mesir akan meninjau kembali hubungan diplomatik dengan Suriah yang diputus sejak bulan lalu di bawah Presiden terguling Mohammad Mursi.
Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Fahmy mengatakan pada Sabtu (20/7). “Ini tidak berarti kami (Mesir) akan melanjutkan hubungan dengan Suriah atau atau tidak. Semuanya akan dikaji ulang, kata Fahmy kepada wartawan.
Mursi telah mengumumkan secara definitive pada 15 Juni lalu untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah setelah Negara itu dilanda krisis perang saudara selama lebih dari dua tahun. Mesir menutup kedubesnya di Damaskus dan menutup misi Suriah di Kairo setelah pengumuman tersebut.
Tak lama setelah itu, protes besar-besaran keluar terhadap Mursi, mendesak militer untuk menggulingkan presiden yang terpilih secara demokratis itu.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Fahmy juga mengatakan bahwa ia mendukung solusi politik terhadap konflik di Suriah. Islamtimes melaporkan seperti dipantau Mi’raj News Agency (MINA).
Dalam konteks yang berbeda, Fahmy juga menyinggung tentang proses perdamaian Palestina, yaitu pembicaraan perdamaian Palestina-Israel untuk mencapai solusi damai bagi Palestina atas prakarsa Amerika.
“Jerusalem akan tetap prioritas kami yang paling penting,” tegasnya.
Fahmy juga menegaskan bahwa peran utama pemerintah sementara adalah untuk melindungi revolusi dan untuk menyampaikan gambaran yang nyata kepada dunia tentang program-program Mesir ke depan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Menteri luar negeri itu menilai bahwa persatuan nasional di Mesir sangat penting. “ Itu merupakan tanggung jawab bersama mengatasi krisis Mesir dan segera membuat langkah maju untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.
Nabil Fahmy menggarisbawahi kebutuhan Mesir saat ini adalah mempertahankan peran penting Mesir di Timur Tengah dan Afrika. Kerja sama dengan negara-negara tetangga khususnya di Afrika untuk membentengi keamanan sumber daya air Mesir, yaitu Sungai Nil. (T/P04/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah