Brussels, MINA – Para menteri luar negeri NATO akan membahas masalah keamanan yang paling mendesak, termasuk pembangunan militer Rusia di dekat Ukraina dan krisis migrasi di perbatasan Belarusia dalam pertemuan mereka yang akan dilaksanakan pekan depan, Kepala NATO mengumumkan pada Jumat (26/11).
Para diplomat tinggi negara-negara NATO akan bertemu di Riga, Latvia, 30 November-Desember. 1.
Para menteri akan membahas pembangunan militer Rusia yang berkelanjutan di dan sekitar Ukraina yang “tidak beralasan dan tidak dapat dijelaskan,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan, Anadolu Agency melaporkan.
“Ini meningkatkan ketegangan dan berisiko salah perhitungan. Rusia harus menunjukkan transparansi, mengurangi ketegangan dan de-eskalasi,” kata Stoltenberg, menambahkan bahwa NATO menjaga “pertahanan dan pencegahannya kuat sambil tetap terbuka untuk dialog.”
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Dia mengatakan, para menteri juga akan berbicara tentang krisis migrasi di perbatasan dengan Belarus, yang dia sebut “eksploitasi sinis terhadap orang-orang yang rentan untuk menekan sekutu kami Polandia, Latvia dan Lithuania.”
Stoltenberg pada hari Ahad (28/11) akan melakukan perjalanan ke ibu kota Lithuania dan kemudian ke Riga bersama dengan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen.
“Kerja sama yang erat antara NATO dan Uni Eropa sangat penting untuk melawan kampanye hibrida ini, yang bertujuan untuk mengacaukan negara kita,” kata Stoltenberg.
Para menteri NATO juga akan memeriksa situasi keamanan di Afghanistan, Ukraina dan Georgia, serta peran NATO dalam mempromosikan stabilitas dan keamanan di kawasan Balkan Barat di tengah meningkatnya ketegangan antara Serbia dan Kosovo, dan ambisi separatis di entitas Serbia Bosnia-Herzegovina.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Konsep Strategis NATO berikutnya dan kontribusi aliansi untuk pengendalian senjata internasional juga akan dibahas. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas