Menlu Omamo: Kenya Punya Ikatan Kuat dengan Indonesia

Menteri Luar Negeri Kenya Sekretaris Kabinet Raychelle Omamo memberikan kuliah umum di hadapan sivitas akademika Unpad di Aula Museum Konperensi Asia Afrika, Bandung, Jumat (18/3/). (Foto: Istimewa)

, MINA – Menteri Luar Negeri Raychelle Omamo mendorong peningkatan kerja sama Indonesia dan Kenya.

Menurutnya, kerja sama Indonesia dan Kenya telah merepresentasikan hubungan persaudaraan yang kuat antara Asia dan Afrika semenjak Konferensi Asia-Afrika () pada 1955 silam.

“Saya perempuan dari Afrika yang mendapat benefit dari hubungan ini. Tanpa KAA 1955, Kenya tidak akan menunjukkan kemerdekaan. Tanpa kemerdekaan Kenya, inklusivitas perempuan tidak akan terjadi,” ungkap Raychelle saat memberikan kuliah umum di hadapan sivitas akademika di Aula Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jumat (18/3), dan dipantau secara daring di Jakarta.

Kuliah umum tersebut digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. Selain kuliah umum, acara juga diisi penandatanganan Nota Kesempahaman antara Unpad dan University of Nairobi, Kenya.

Penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut dilakukan Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti dengan Vice Canchellor University of Nairobi Prof. Stephen Kiama Gitahi, PhD. Acara juga dihadiri Duta Besar RI untuk Kenya Mohamad Hery Saripudin.

Selain itu, Raychelle menilai Presidensi G20 kembali menjadikan Indonesia episentrum dunia setelah Konferensi KAA pada 1955 silam.

“Saya sangat bersyukur bahwa kami bisa meresmikan Kedubes di Jakarta kemarin saat Indonesia memegang Presidensi G20. Indonesia kembali menjadi episentrum dunia,” ujarnya.

Dalam G20, forum negara-negara yang menyumbang produk domestik bruto (PDB) 80 persen dunia itu, dia menyakini Indonesia akan melancarkan diplomasi yang inovatif dan mengejutkan.

“Diplomasi yang membantu membangkitkan diri dan memahami potensinya serta kemampuan untuk mempengaruhi negara-negara di ajang dunia,” katanya.

Untuk itu, Raychelle berpendapat nilai-nilai luhur yang digaungkan dalam momentum bersejarah KAA perlu dibangkitkan kembali saat ini.

Raychelle mengatakan, hubungan Indonesia dengan Kenya tidak sekadar hubungan bilateral atau kerja sama penyelenggaraan konferensi pada 1955 saja. Lebih luas lagi, Indonesia dan Afrika telah memiliki pertalian budaya yang kuat sejak berabad silam.

Melalui Konferensi Asia-Afrika yang diinisiasi Presiden Soekarno untuk memperjuangkan perlawanan imperialisme, rasisme, dan kedaulatan negara Asia-Afrika, Indonesia telah menjadi perhatian dunia. Momentum bersejarah tersebut diharapkan dapat menjadi semangat baru dalam menghadapi tantangan global saat ini.

Kolaborasi Akademik

Untuk itu, kunjungannya ke Indonesia dilakukan untuk mengkristalisasi kerja sama panjang yang telah dibangun Kenya. Sejak Kamis (17/3) lalu, negara di kawasan Afrika Timur tersebut secara resmi membuka kedutaan besarnya di Jakarta. Di Bandung, kerja sama diwujudkan melalui kolaborasi akademik antara Unpad dan University of Nairobi.

Kolaborasi yang dilakukan meliputi kerja sama riset di bidang terkait sehubungan dengan kepentingan bersama bagi kedua institusi, pertukaran sumber akademik yang dimiliki Unpad maupun University of Nairobi, hingga menginisasi berbagai pertemuan ilmiah.

“Dari MoU ini akan membawa kita bersama untuk memajukan pendidikan, riset, SDM, dan juga ilmu pengetahuan. Itu yang kita butuhkan,” kata Raychelle.

Selain itu, Kenya juga ingin mempelajari bagaimana Indonesia mampu mengelola keanekaragaman hayati hingga keberagaman kultur, agama, dan masyarakat yang menjadi nilai-nilai kuat suatu bangsa.

“Diharapkan, semangat KAA 1955 dapat direplikasi kembali dalam kerja sama ini, sehingga di masa depan, komunitas Asia dan Afrika Timur dapat semakin kuat,” pungkas Raychelle.(R/R1/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.