Jakarta, 1 Rajab 1436/19 April 2015 (MINA) – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi, yang juga Ketua Bidang Substansi Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), menyatakan pembahasan topik penting dalam Pertemuan tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting/SOM) bisa saja berkembang.
“Jika masih ada yang harus dibahas, maka pembahasan akan diteruskan besok pada tingkat Menlu untuk diserahkan pada tingkat leaders (Kepala Negara atau Kepala Pemerintah),” jelas Retno usai membuka Pameran Kerjasama Selatan-Selatan di Jakarta Concention Center (JCC), Ahad (19/4).
Para Pejabat Tinggi negara-negara Asia Afrika atau Asian-African Senior Officials Meeting, hari ini sedang melakukan pembahasan untuk tiga rancangan deklarasi akhir, yaitu Pesan Bandung, Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika dan Deklarasi Palestina.
“Hari ini, sudah dimulai Senior Officer Meeting. Tiga domain yang sudah ditentukan oleh konferensi ini, yaitu Bandung Message, New Asian-African Strategic Partnership dan Declaration of Palestine,” kata Menlu RI Retno Marsudi.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Tiga topik penting yang akan menjadi dokumen utama hasil KAA ke-60 tersebut terlebih dahulu telah dibahas di forum perwakilan Asia dan Afrika di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat.
Menlu RI mengatakan ada paragraf di Pesan Bandung mengenai perlunya ditingkatkan toleransi antar umat manusia.
Bangun Kesetaraan Negara-Negara Di Dunia
Menlu Retno juga mengatakan, semangat dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk membangun kesetaraan antar negara di dunia, khususnya bagi negara-negara Asia-Afrika.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Dalam Konferensi Asia-Afrika kita mencoba untuk membangun kawasan dengan mitra pembangunan yang ada. Pada dasarnya, kita ingin dunia itu lebih damai, lebih setara, dan semua negara tumbuh bersama,” ujarnya.
Ia menjelaskan, saat pertama kali KAA dilaksanakan pada 60 tahun lalu, tantangan yang dihadapi negara-negara dunia tentunya berbeda. Dahulu, negara-negara Asia-Afrika dihadapkan pada tantangan kolonialisme.
“Tapi saat ini, kita melihat banyak tantangan yang harus dihadapi, kita masih melihat terjadinya konflik yang berkepanjangan di dunia ini, kita masih melihat begitu banyak kemiskinan, dan juga banyaknya intolerance di dunia ini,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Menlu, dengan semangat yang kita bangun saat pertama kali diadakannya KAA di Bandung, pihaknya berharap Bandung Spirit dapat menjadikan dunia ini lebih baik, baik secara politik, ekonomi, dan juga secara kultural.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 merupakan konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan, yang disponsori oleh Indonesia, Myanmar (Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan yang dikoordinasi Menteri Luar Negeri Indonesia saat itu Sunario.
Pertemuan pertama berlangsung antara 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, dengan tujuan meningkatkan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Palestina sebagai satu-satunya daerah yang masih dijajah akan menjadi fokus utama dalam pertemuan yang akan digelar di dua kota, Jakarta dan Bandung nanti.(L/R05/P2)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)