Prancis, MINA – Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengatakan pada Selasa (13/5) bahwa tidak seorang pun dapat mendikte posisi Paris dalam mengakui negara Palestina.
Ia mendesak pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengakhiri penggunaan kekuatan brutal di Gaza dan sebaliknya fokus pada diplomasi dan negosiasi untuk gencatan senjata, Anadolu melaporkan.
“Tidak seorang pun akan mendikte posisi Prancis. Prancis akan melakukannya karena Prancis percaya pada solusi politik yang langgeng untuk kawasan tersebut, demi kepentingan keamanan Israel dan juga demi kepentingan keamanan Palestina,” kata Barrot dalam sesi tanya jawab di Majelis Nasional.
Barrot menegaskan kembali tujuan mereka untuk mempertemukan negara-negara yang bersedia mengakui Palestina sebagai sebuah negara.
Baca Juga: Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan Lebih dari 60 Orang, Termasuk 22 Anak-Anak
“Kekuatan brutal yang dijanjikan oleh pemerintah Tn. Netanyahu hari ini sama sekali tidak memungkinkan pembebasan para sandera, juga tidak mengarah pada pelucutan senjata Hamas sejauh ini,” katanya.
“Dan kekuatan brutal itu kini harus digantikan oleh diplomasi, negosiasi untuk gencatan senjata, untuk masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan yang dibutuhkan warga sipil di Gaza, dan untuk pembebasan semua sandera yang ditawan di terowongan Hamas,” imbuhnya.
Pernyataannya muncul setelah Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar mengecam keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengakui negara Palestina pada bulan Juni.
“Pengakuan sepihak atas negara Palestina fiktif, oleh negara mana pun, dalam kenyataan yang kita semua tahu, akan menjadi hadiah bagi teror dan dorongan bagi Hamas,” klaim Sa’ar dalam sebuah pernyataan di X. []
Baca Juga: Abaikan Seruan Trump, Netanyahu Ingin Lanjutkan Perang di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)