Doha, MINA – Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dalam pernyataanya pada Kamis (7/12), mendesak pembentukan mekanisme Islam Arab untuk melawan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Al-Quds (Yerusalem Timur) sebagai ibu kota Israel.
Berbicara kepada Al-Jazeera yang berbasis di Doha, Mohamed Al-Thani mengatakan, langkah-langkah kolektif harus diambil untuk mencegah AS dari keputusannya mengenai Al-Quds.
Dia juga menyerukan pembentukan mekanisme Arab untuk melaksanakan keputusan ini.
Diplomat tertinggi negara Teluk tersebut juga menyuarakan harapan bahwa negara-negara Arab dan dunia Islam membuat langkah konkret melawan sikap AS
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Dia menggarisbawahi bahwa keputusan tersebut akan secara langsung mempengaruhi kepentingan Palestina dan masa depan kawasan tersebut.
Ia menekankan, masalah Al-Quds bukan hanya masalah rakyat Palestina, tapi juga seluruh ummat Islam di dunia.
Menurutnya, ini adalah isu yang berkaitan dengan pemerintah, pemimpin dan rakyat Palestina, juga dunia.
Sebelumnya Trump pada Rabu (6/12), mengumumkan keputusannya untuk mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Departemen Luar Negeri AS telah diberitahu untuk memulai persiapan untuk memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem (Al-Quds).
Langkah Washington memicu demonstrasi di wilayah Palestina yang diduduki, juga di Turki, Mesir, Yordania, Tunisia, Aljazair, Irak, Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya.
Al-Quds tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina. Orang-orang Palestina berharap bahwa Al-Quds yang sekarang diduduki oleh Israel pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina masa depan. (T/R03/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan