New York, MINA – Menteri Luar Negeri (Menlu) mengajak negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB) membentuk paradigma baru kerja sama internasional untuk menjaga perdamaian global.
“Dunia saat ini diwarnai dengan rasa saling tidak percaya dan rivalitas. Karenanya, GNB harus bersatu dan membentuk paradigma baru untuk menjawab situasi tersebut,” kata Retno Marsudi pada Pertemuan Menlu Gerakan Non-Blok, di New York, Amerika Serikat, Rabu (21/9).
Retno menyampaikan, situasi keamanan global saat ini serupa dengan situasi dunia pada tahun 1961, tahun GNB dibentuk. Mengutip pandangan Bung Karno pada 1961, Menlu menyampaikan “politik berbasis kekuatan dan persenjataan hanya akan berakhir di medan perang”.
Guna mencegah terjadinya konflik dan peperangan, Retno menggugah negara-negara GNB untuk menyuarakan tiga paradigma baru: Pertama, kepercayaan strategis perlu dikedepankan, kedua, kedaulatan dan integritas teritorial harus dijunjung tinggi dan ketiga, penyelesaian damai konflik harus terus didahulukan.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Menlu RI menggarisbawahi peran Dasasila Bandung sebagai pedoman guna memastikan bahwa seluruh negara menanggung beban yang sama dan kerja sama multilateral terus dikedepankan.
Pertemuan GNB dilaksanakan di sela-sela Sidang ke-77 Majelis Umum PBB. Indonesia adalah salah satu pelopor berdirinya GNB, yang mengambil inspirasi dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Saat ini GNB diketuai oleh Azerbaijan. Ketua selanjutnya adalah Uganda, yang akan memulai keketuaannya pada 2023. (R/RE1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan