Bali, MINA – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengajak negara-negara anggota G20 untuk memperkuat multilateralisme di tengah meningkatnya tantangan global.
“Dunia belum pulih dari pandemi, namun sudah dihadapkan dengan krisis lain, yaitu perang Ukraina, efeknya dapat dirasakan secara global pada pangan, energi dan ruang fiskal,” kata Retno dalam pidato pembukaan Pertemuan Menlu G20 di Bali, Jumat (8/7).
“Dan seperti biasa, negara berkembang dan berpenghasilan rendah adalah yang paling terkena dampak, ” tambahnya.
Pertumbuhan global diproyeksikan melambat menjadi 2,9 persen pada 2022, sementara inflasi dapat mencapai hingga 8,7 persen untuk negara berkembang.
Baca Juga: Demonstran Pro-Palestina di Kanada Bakar Patung Netanyahu
Tantangan global membutuhkan solusi global, kata Retno, namun sejujurnya, tidak dapat menyangkal bahwa semakin sulit bagi dunia untuk duduk bersama.
“Tapi bisakah kita bayangkan, jika kita harus hidup tanpa multilateralisme? Saya yakin situasinya akan lebih buruk. Unilateralisme akan menjadi norma yang perkasa akan mengambil semuanya”, jelasnya.
Untuk itulah semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga multilateralisme.
Menurutnya, multilateralisme adalah satu-satunya mekanisme yang semua negara terlepas dari ukuran dan kekayaan berdiri di atas pijakan serta diperlakukan sama.
Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang
Sementara menyinggung masalah perang di Ukraina, Retno menyebut bahwa hal itu merupakan tanggung jawab setiap negara untuk menyelesaikannya.
“Jadi, adalah tanggung jawab kita untuk mengakhiri perang, lebih cepat daripada nanti dan menyelesaikan perbedaan kita di meja perundingan, bukan di medan perang,” katanya.
Di acara Pertemuan Menlu G20, tampak hadir Menlu usia, Sergei Lavrov, Menlu Amerika Serikat, (AS) Antony Blinken, Menlu China, Wang Yi, Menlu Inggris, Liz Truss, Menlu Singapura, Vivian Balakrishnan, Menlu Jerman, Annalena Baerbock, dan lainnya. (L/RE1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza