New York, MINA – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi pada Pertemuan Terbuka Dewan Keamanan DK PBB pada Rabu (24/6) mengajak masyarakat internasional untuk menolak rencana aneksasi Israel terhadap wilayah Tepi Barat, Palestina.
“Pilihan ada ditangan kita, apakah akan berpihak kepada hukum internasional, atau menutup mata dan berpihak di sisi lain yang memperbolehkan tindakan yang bertentangan dengan hukum internasional,” tegas Retno
Menlu Retno juga menyampaikan tiga alasan mengapa masyarakat internasional harus menolak rencana aneksasi Israel.
Pertama, rencana aneksasi formal Israel terhadap wilayah Palestina merupakan pelanggaran hukum internasional. Memperbolehkan aneksasi artinya membuat preseden dimana penguasaan wilayah dengan cara aneksasi adalah perbuatan legal dalam hukum internasional.
Baca Juga: Ribuan Orang Sambut 90 Tahanan yang Bebas dari Penjara Israel
“Seluruh pihak harus menolak secara tegas di seluruh forum internasional baik melalui pernyataan maupun tindakan nyata bahwa aneksasi adalah ilegal,” ujar Menlu RI.
Kedua, rencana aneksasi formal Israel ini merupakan ujian bagi kredibilitas dan legitimasi Dewan Keamanan PBB di mata dunia internasional. DK PBB harus cepat mengambil langkah cepat yang sejalan dengan Piagam PBB.
“Siapapun yang mengancam terhadap perdamaian dan keamanan internasional harus diminta pertanggungjawabannya di hadapan Dewan Keamanan PBB. Tidak boleh ada standar ganda,” sebut Retno.
Ketiga, aneksasi akan merusak seluruh prospek perdamaian. Aneksasi juga akan menciptakan instabilitas di Kawasan dan dunia. Untuk itu, terdapat urgensi adanya proses perdamaian yang kredibel dimana seluruh pihak berdiri sejajar.
Baca Juga: Komandan IRGC Iran: Gencatan Senjata Kekalahan Terbesar Israel
“Ini waktu yang tepat untuk memulai proses perdamaian dalam kerangka multilateral berdasarkan parameter internasional yang disepakati,” katanya.
Menlu Retno juga menekankan pentingnya dunia mengatasi situasi kemanusiaan di Palestina, termasuk pengungsi Palestina.
“Pandemi semakin memperparah penderitaan saudara kita di Palestina sehingga dukungan untuk lembaga-lembaga kemanusiaan internasional, khususnya UNRWA sangat penting” jelas Menlu RI.
“Ketidak adilan terjadi bukan karena absennya keadilan itu sendiri. Ketidakadilan terjadi karena kita membiarkan hal itu terjadi. Ini waktunya kita hentikan ketidakadilan tersebut” pungkas Retno.
Baca Juga: Pejuang Palestina Tegaskan Komitmen Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza
Bersama Tunisia dan Afrika Selatan, Indonesia memprakarsai penyelenggaraan pertemuan DK tersebut di tingkat Menteri, guna membahas rencana aneksasi Israel.
Pertemuan dihadiri Sekretaris Jenderal PBB, Sekretaris Jenderal Liga Arab, UN Special Coordinator for the Middle East Peace Process, Menteri Luar Negeri Palestina, dan Menteri Luar Negeri dari beberapa negara anggota DK PBB. (R/RE1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Puluhan Truk Bantuan Mulai Masuk Gaza