Menlu : Sidang Majlis Umum PBB Tahun Ini Penting Untuk Kepentingan Nasional

New York, 26 Dzulhijjah 1437/28 September 2016 (MINA) – “Sidang Majelis Umum PBB tahun ini cukup penting bagi delegasi dalam memajukan dan menjaga kepentingan nasional,” demikian disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno L.P Marsudi sesaat sebelum kembali ke tanah air setelah berakhirnya rangkaian Sidang Majelis Umum (SMU) PBB di New York.

Sidang Majelis Umum PBB ke-71 High-Level Segment yang tahun ini mengambil tema “Sutainable Development Goals: Universal Push to Transform our World” berlangsung sejak 19 s/d 26 September 2016. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden HM Jusuf Kalla.

Berdasarkan rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI, Rabu (28/9), Selama berlangsungnya SMU PBB Menlu RI telah menghadiri 48 pertemuan.

Menlu RI juga telah menandatangani 3 perjanjian pembukaan hubungan diplomatik dengan Republik Afrika Tengah, Equitorial Guinea dan Chad serta menandatangani 2 perjanjian bilateral dengan Turkmenistan (MoU Konsultasi Bilateral) dan dengan Liga Arab (MoU antara Indonesia dan Sekretariat Liga Arab).

Di sela-sela SMU PBB Indonesia juga telah secara resmi meluncurkan pencalonannya untuk menjadi anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan (DK) PBB untuk periode 2019-2020.

“Sidang Majelis Umum PBB tahun ini cukup penting bagi delegasi Indonesia dalam memajukan dan menjaga kepentingan nasional,” tegas Menlu RI.

Dari 48 pertemuan yang dihadiri Menlu RI, 28 pertemuan diantaranya adalah pertemuan bilateral. Pada Sidang Majelis Umum PBB ke-71 tahun ini, Indonesia telah perluas hubungan diplomatik dengan 3 negara di kawasan Afrika.

Dengan ditandatanganinya Joint Communiqué antara Menlu RI dengan Menlu Republik Afrika Tengah, Charles-Armel Doubane, Menlu Equitorial Guinea, Agapito Mba Mokuy, dan Menlu Republic of Chad, Moussa Faki Mahamat, Indonesia kini memiliki hubungan diplomatik dengan 190 negara dari 193 negara-negara anggota PBB.

“Hubungan diplomatik akan semakin memudahkan penguatan dan peningkatan berbagai kerja sama baik bilateral maupun dalam kerja sama multilateral di PBB,” ucap Menlu RI.

Di Republik Afrika Tengah, Indonesia memiliki pasukan dalam misi perdamaian UN MINUSCA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in CAR). Hingga akhir Juni 2016, terdapat 215 personel TNI yang bertugas di Republik Afrika Tengah melalui Satuan Tugas Kizi TNI sejak Mei 2014. Nilai perdagangan bilateral RI-Republik Afrika Tengah mencapai mencapai USD 6,6 juta pada tahun 2015.

Produk ekspor utama Indonesia ke Republik Afrika Tengah antara lain produk CPO dan turunannya seperti sabun dan margarin.

Di Equitorial Guinea, pada 2015 nilai perdagangan RI-Guinea Ekuatorial mencapai USD 72,9 juta, meningkat enam belas kali lipat dibanding tahun 2014. Peningkatan signifikan ini didorong oleh impor migas RI dari Guinea Ekuatorial sebesar USD 64,1 juta.

Guinea Ekuatorial yang terletak di Afrika Tengah, merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di Afrika, dengan produksi minyak mentah 289.000 barel per hari pada tahun 2015.

Di Republik Chad, Indonesia berharap dapat memperluas akses pasar produk non migas Indonesia di Chad. Indonesia juga ingin mendorong kerja sama teknik dan capacity building.(T/P008/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.