Paris, MINA – Menteri Luar Negeri Suriah Asaad al-Shaibani bergabung dalam pertemuan yang dimediasi AS dengan delegasi Israel di Paris, menurut kantor berita pemerintah Suriah, SANA, Rabu (20/8).
Suriah dan Israel telah mengadakan perundingan yang dimediasi AS dalam beberapa bulan terakhir, meskipun hal ini jarang diakui oleh media pemerintah Suriah.
Diskusi terbaru berfokus pada de-eskalasi di Suriah selatan dan non-intervensi dalam urusan dalam negeri Suriah, lapor SANA.
“Perundingan ini berlangsung di bawah mediasi AS, sebagai bagian dari upaya diplomatik yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas di Suriah serta menjaga persatuan dan integritas wilayahnya,” lanjut laporan.
Baca Juga: AS Setujui Dana Senilai Rp3,8 Triliun ke Lebanon Untuk Lucuti Senjata Hezbollah
Kedua belah pihak membahas pengaktifan kembali perjanjian pelepasan tahun 1974 antara Israel dan Suriah, yang menciptakan zona penyangga PBB di Dataran Tinggi Golan Suriah, wilayah yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Ketika pemerintahan Bashar al-Assad jatuh pada bulan Desember, Israel menduduki zona penyangga tersebut dan menyatakan perjanjian tahun 1974 tersebut batal demi hukum.
Tidak ada komentar langsung dari pejabat Israel tentang perundingan tersebut.
Awal pekan ini, media Israel melaporkan Ron Dermer, Menteri Urusan Strategis Israel, dijadwalkan menghadiri pertemuan tersebut, bersama Tom Barrack, utusan AS untuk Suriah.
Baca Juga: Erdogan ke Trump: Israel Harus Hentikan Serangan agar Rencana Perdamaian Berhasil
Ini adalah pertemuan kedua yang berlangsung antara kedua negara di Paris dalam waktu kurang dari sebulan. Seperti dilaporkan MEE.
Pembicaraan bulan lalu berpusat pada situasi di wilayah selatan Sweida. Kekerasan di Sweida meletus pada 13 Juli antara pejuang Badui, faksi Druze, dan pasukan pemerintah, menewaskan lebih dari 1.500 orang.
Israel juga melancarkan serangan terhadap kota-kota di Suriah, termasuk ibu kota Damaskus, dengan dalih serangan tersebut sebagai upaya untuk melindungi minoritas Druze.
Gencatan senjata yang ditengahi AS mengakhiri pertempuran, sementara pemerintah Suriah mengatakan telah membentuk komite untuk menyelidiki kekerasan tersebut.
Baca Juga: Shutdown Pemerintah AS Picu Gejolak Ekonomi Domestik
Sejak penggulingan Bashar al-Assad pada bulan Desember, Suriah diguncang gelombang kekerasan sektarian yang sulit diatasi oleh Presiden baru Ahmed al-Sharaa.
Pada bulan Maret, serangan oleh loyalis Assad di provinsi pesisir Latakia memicu reaksi sektarian yang keras terhadap komunitas Alawi, yang juga merupakan anggota mantan presiden dan keluarganya.
Setidaknya 1.500 warga Alawi tewas dalam kekerasan berikutnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dua Warga Yahudi Tewas dalam Serangan di Sinagoga Manchester, Inggris