Jakarta, 23 Syawwal 1435/19 Agustus 2014 (MINA) – Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, sangat optimis pertumbuhan industri sampai akhir tahun 2014 akan mencapai enam persen.
“Jika melihat data dari banyaknya realisasi investasi BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), terutama sektor manufaktur yang hingga akhir tahun yang realisasi dan ini menunjang pertumbuhan industri nasional,” ujar Kemenperin MS Hidayat di Jakarta, Sebagaimana rilis pers Info Publik yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa.
MS Hidayat melihat kinerja sektor industri yang tumbuh positif. Setelah mengalami pertumbuhan yang lambat pada kurun 2005-2009, sektor industri manufaktur kembali meningkat signifikan.
“Tahun lalu, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 6,83 persen, lebih besar dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,46 persen dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak lima tahun terakhir,” katanya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Cabang industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi, kata Hidayat, berasal dari industri alat angkutan dan mesin. Industri alat angkutan serta mesin dan peralatannya tumbuh 8,98 persen. Ada pun industri makanan, minuman, dan tembakau, tumbuh 7,03 persen, industri semen dan barang galian bukan logam tumbuh sebesar 6,92 persen.
Menurut Hidayat, semester pertama tahun 2012, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 6,09 persen. Pertumbuhan itu lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011 sebesar 6,35 persen.
Pelambatan kinerja sektor industri itu disebabkan melambatnya perekonomian dunia yang berdampak pada memburuknya kinerja perdagangan nasional. “Khususnya, terhadap negara-negara tujuan ekspor utama, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Asean,” ujarnya.
Hidayat menilai, Indonesia masih memiliki banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kinerja pertumbuhan industri agar tetap tinggi, di antaranya, potensi perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang pada akhir tahun 2012.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Selain itu, besarnya pasar dalam negeri dengan jumlah kelas menengah mencapai 134 juta orang. Pemerintah, kata Hidayat, mendorong perusahaan pembuat mesin tekstil karena ada sekitar 500 pabrik yang membutuhkan mesin baru dalam program restrukturisasi.
Program yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 akan diteruskan untuk meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri.
Hidayat juga menjelaskan, pada semester pertama, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, dan produk kulit hanya tumbuh 2,86 persen. Pertumbuhan itu masih lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar 9,45 persen.
Penurunan pertumbuhan itu disebabkan oleh melemahnya ekspor produk industri TPT sebesar 6,16 persen. “Sementara itu, ekspor produk industri alas kaki dan produk kulit naik sebesar 5,9 persen,” sebutnya.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Pemerintah, telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi penurunan pertumbuhan industri TPT, alas kaki, dan produk kulit melalui pemberian insentif fiskal. Pemerintah memberikan insentif fiskal dan mengendalikan impor melalui kebijakan non tarif barrier.
“Bentuknya berupa penerapan SNI wajib, pembatasan pelabuhan masuk untuk komoditas tertentu, kebijakan tata niaga impor, serta mengoptimalkan instrumen antidumping dan safeguard,” ujarnya.
Kebijakan lainnya, menurut Hidayat, dengan optimalisasi pasar Amerika dan Jepang yang mulai pulih. Pemerintah juga meminta produsen untuk mengembangkan pasarnya ke Timur Tengah dan Afrika.(T/P02/P04)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng