Jakarta, 13 Dzulhijjah 1437/15 September 2016 (MINA) – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong anak-anak Indonesia untuk banyak berinovasi, agar ke depan Indonesia menjadi sebuah negara yang maju.
“Bila ingin menjadi negara yang maju dan mengejar ketertinggalan dari negara lain serta ingin menyejahterakan masyarakat, kita harus secara serius mendorong anak-anak negeri ini di mana pun mereka berada bangun dari tidurnya untuk membuat berbagai inovasi bagi negeri,” kata Nasir kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gedung Kemenritekdikti, Kamis (15/9).
Dikatakan Nasir bahwa untuk mendorong agar anak-anak Indonesia mau berinovasi, pihaknya sudah membicarakannya dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait pemberian royalti bagi siapa saja yang memiliki hak paten.
“Saya pernah mengusulkan agar para peneliti mendapatkan royalti sebanyak 60% apabila hasil penelitian mereka memperoleh hak paten. Kementerian Keuangan sendiri sudah merespon hal yang positif,” kata Nasir.
Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan
Nasir menjelaskan bahwa sejauh ini, para peneliti yang melakukan inovasi enggan mematenkan hasil penelitiannya karena tidak ada royalti yang bisa mereka dapatkan, hasilnya justru diklaim dan dipatenkan oleh negara lain.
“Secara logika, para peneliti seharusnya mendapat royalti dari usaha mereka, namun sejauh ini justru royalti yang seharusnya masuk ke kantong mereka, masih masuk ke kantong pemerintah. Maka dari itu saya mengusulkan agar para peneliti memperoleh royalti 60%, sementara 40% nya untuk pemerintah, karena memakai peralatan pemerintah. Tapi yang diluluskan malah sebaliknya, 40% untuk peneliti dan 60% untuk pemerintah,” ujarnya.
Persoalan lainnya, kata Nasir, regulasi yang kurang baik, apabila ini dibiarkan, akan banyak anak-anak Indonesia berprestasi yang memilih bekerja di luar negeri karena regulasi yang ditawarkan di sana jauh lebih baik.
“Untuk itu kami berusaha untuk memperbaiki regulasi yang telah ada, bukan menambah lebih banyak,” tegasnya.
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
Selain pemberian royalti dan perbaikan regulasi, Nasir juga mengusulkan agar para peneliti tidak dikenakan pajak dalam melakukan penelitiannya. Memang, kata Nasir, usulan ini akan mengurangi pemasukan pajak, tapi sebenarnya logika keuntungan bagi pemerintah bukan di situ.
“Dengan dihapusnya pajak, diharapkan akan banyak anak-anak Indonesia yang melakukan inovasi. Apabila ini terjadi dan hasilnya memuaskan, maka sudah jelas hasil inovasinya akan memiliki nilai, dan nantinya justru akan menjadi keuntungan bagi peneliti dan juga pemasukan bagi negara melalui Pajak Penambahan Nilai atau PPN,” katanya.
Nasir kemudian mencontohkan dua karya anak bangsa yang memiliki nilai tinggi di pasar internasional.
“Film Battle of Surabaya misalnya yang dibeli oleh Perusahaan Amerika Serikat senilai 1,2 juta dollar. Begitu juga dengan film Sangkuriang, dibeli senilai 5 juta dollar,” ujarnya mencontohkan. (L/P011/P001)
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)