Jakarta – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengajak masyarakat untuk menjadikan revolusi industri 4.0 peluang bagi Indonesia berkreasi dan berinovasi.
“Jadikan Revolusi Industri 4.0 menjadi peluang bagi Indonesia berkreasi dan berinovasi dengan pikiran dan hati terbuka untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Presiden Jokowi mengatakan perlu adanya upaya untuk mengubah mindset negatif dan ketakutan menghadapi Revolusi Industri 4.0, sehingga Indonesia dapat berkembang menjadi 10 negara terkuat secara ekonomi di tahun 2050,” ucapnya di Hotel Bidakara, Jakarta pada kamis (3/12).
Terkait ini, Kemenristekdikti bersama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) kembali menyelenggarakan kegiatan Program Penguatan Kapasitas Pemimpin Indonesia dalam rangka Making Indonesia 4.0 dengan menghadirkan senior lecturer dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Penemu Theory U, Prof. Otto Scharmer.
Menristekdikti selaku Ketua Program “Making Indonesia 4.0” mengungkapkan esensi dari Program Making Indonesia 4.0 adalah revolusi budaya, revolusi manusia dalam berbagai aspek kehidupannya, bukan sekedar revolusi teknologi. Revolusi yang membawa nilai dan norma baru dalam kehidupan sehari-hari, dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Program Making Indonesia 4.0 merupakan bagian dari Revolusi Mental yang menjadi agenda nasional,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, program ini merupakan upaya dan cita-cita pemerintah menciptakan kolaborasi dan sinergitas calon pemimpin digital yang bertanggung jawab terhadap integrasi bangsa, sumber daya manusia dan teknologi digital, terbuka dan transparan, serta memiliki budaya kreatif dan inovatif yang adaptif dan lincah dapat menembus perubahan dan perkembangan untuk pembangunan nasional.
Di samping itu, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan berharap program penguatan kapasitas pemimpin Indonesia dalam rangka Making Indonesia 4.0 dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, untuk mencetak calon pemimpin masa menjadi pemimpin yang memiliki pemikiran terbuka (open mind), keterbukaan hati (open heart), dan keberanian yang berwujud keinginan untuk menolong (open will) sehingga dapat memberikan pandangan dan solusi konkrit terhadap tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini, untuk Indonesia lebih baik.
Prof. Otto Scharmer selain seorang senior lecturer di MIT, ia juga merupakan salah satu pendiri Presencing Institute. Konsep presencing dikenalkan Otto Scharmer dalam bukunya Theory U: Leading from the Future as It Emerges, merupakan pemahaman untuk melihat apa yang ada di masa lalu, masa kini, serta merasakan di masa depan. Theory U merupakan metode manajemen perubahan, bergerak ke bawah untuk mendapatkan dorongan kuat dari arus bawah untuk bergerak semakin ke atas. Teori U mengajak untuk melakukan perombakan (transformasi) dalam diri individu atau sebagai leader yang ada di organisasi.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Schrarmer menyebutkan, prinsip-prinsip “Theory U” disarankan bagi pemimpin organisasi pemerintah dah politik untuk melakukan metode manajemen perubahan, merubah prilaku tidak produktif agar tidak terjebak ke dalam pola pengambilan keputusan yang tidak efektif, dengan gaya kepemimpinan “Open mind, open heart, open will,” dengan menyerap langsung aspirasi masyarakat, membuka hati mendengarkan suara rakyat, dan membuka kemauan yang keras untuk mewujudkan dan mengatasi berbagai persoalan di masyarakat. (R/R10/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September