Semarang – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan pada 2019 mendatang Indonesia menjadi pusat peningkatan jumlah publikasi ilmiah internasional di ASEAN.
Menurut data SCOPUS per 28 November menunjukan publikasi ilmiah internasional Indonesia sebanyak 24.883 jurnal, jauh diatas Singapura 19.767 jurnal dan Thailand 15.018 jurnal, angka ini terus meningkat meskipun saat ini publikasi ilmiah di jurnal international masih ditempati Malaysia, namun Menristekdikti optimis dapat mengejar ketertinggalan.
“Jumlah publikasi Indonesia saat ini masih berada jauh di bawah Malaysia. Namun, kita optimis dapat mengejar ketertinggalan, bahkan bisa menjadi leader di ASEAN dalam hal publikasi,” kata Nasir ketika memberikan paparan pada Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing yang digelar Universitas Diponegoro di Semarang, Jumat (30/11).
Seminar Nasional tersebut untuk mendiseminasikan capaian-capaian Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam empat tahun terakhir 2014-2018.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Dalam hal ini, Kemenristekdikti terus menerus berupaya meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Salah satu strateginya adalah melalui peningkatan jumlah publikasi ilmiah internasional dan upaya akselerasi produk-produk inovasi karya anak bangsa.
Cita-cita ini disebut tidak main-main karena Kemenristekdikti telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mewujudkan hal tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain dengan meningkatkan anggaran bidang riset agar bisa mendorong lahirnya publikasi yang semakin berkualitas. Ia menyebutkan dengan perbaikan sistem pada tahun 2017 jumlah publikasi Indonesia mampu melampaui Thailand dan Singapura.
Kemenristekdikti juga memiliki berbagai program untuk pembudayaan kewirausahaan dan peningkatan inovasi, baik di perguruan tinggi maupun di masyarakat yaitu melalui program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) dan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT). Program ini merupakan seed funding yang diberikan kepada tenant melalui lembaga inkubator bisnis untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula/tenant sehingga siap untuk menjadi PPBT yang profitable dan sustainable.
“Melalui skema PPBT dan CPPBT, jumlah startup dan calon startup di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Dari awalnya berjumlah 52 startup dan calon startup di tahun 2015 menjadi 956 di tahun 2018. Kita targetkan lebih dari 1000 di tahun 2019,” ujarnya.
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung
Disamping itu, Menristekdikti juga memaparkan keberhasilan produk-produk inovasi, diantaranya Bio Flagel (bahanbbakar bio gel) dari LPPM Universitas Negeri Semarang, D’Ozone dari Universitas Diponegoro, yang merupakan produk hasil pemanfaatan teknologi plasma di bidang pertanian.
Disamping itu Menristekdikti mengatakan bahwa Pemerintah mempunyai program beasiswa Bidik Misi bagi anak anak pandai yang mempunyai latar belakang dari keluarga tidak mampu, serta beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik) bagi SDM dari daerah Papua, Papua Barat dan Daerah 3T.
Disamping itu, Menristekdikti juga memaparkan keberhasilan produk2 inovasi dari Universitas seperti Robot Tangan Bionik dan produk hasil pemanfaatan teknologi plasma di bidang pertanian D’Ozone dari Universitas Diponegoro, Bahan Bakar Api dari Bio Ethanol “Bio Flame Gel” dan Natural Sabun Cair Berbasis Minyak Atsiri dari LPPM Universitas Negeri Semarang, Cincin Penghemat BBM “Magic Racing” dan Sate Siap Saji “Ambal” dari Wirausaha Inovasi Provinsi Jateng, Baterai Lithium sebagai sel baterai lithium ion pertama di Indonesia yang dibuat Universitas Sebelas Maret dan Motor Roda Tiga “Invarunner” dari Solo Technopark. (R/R10/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!