Oleh: Abdul Karim, SE, Ak, Pengusaha Muda Jawa Timur
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Anfal ayat ke-26:
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ اَنْتُمْ قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ فِى الْاَرْضِ تَخَافُوْنَ اَنْ يَّتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَاٰوٰىكُمْ وَاَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهٖ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur”
Baca Juga: Salam Es Teh
Ayat di atas memang bercerita tentang kondisi kaum muslimin (awal mula perkembanan Islam) yang mana sering mendapat ancaman, intimidasi bahkan embaro dan boikot dari segi ekonomi, perdagangan, keamanan dan sektor lainnya oleh kaum kafir Quraish.
Saat itu kondisi jumlah kaum Muslimin masih sedikit dan dikategorikan lemah karena jika dibandingkan dengan kaum kafir jumlahnya sangat banyak. Demikianlah kondisi awal mula perkembanan Islam, tidak bebas, tidak leluasa, terancam dan berbagai hambatan lainnya. Saat itu kaum Muslimin di Makkah belum merasakan kemerdekaan.
Ayat ini dibuka dengan kalimat “Wadzkuru” kalimat perintah untuk mengingat. Seolah mengajak kita untuk kembali “mengingat” peristiwa lampau (sejarah) supaya kita belajar mengambil ibrah (pelajaran) yang tujuan akhirnya “la’allakum tasykurun” (agar menjadi hamba yang bersyukur).
Bangsa yang mengambil pelajaran dari sejarah, maka itu menjadi ciri bangsa yang bersyukur. Nikmat terbesar bangsa kita yang perlu terus diingat dan disyukuri adalah kemerdekaan, sebagaimana bunyi Pembukaan UUD 1945 (Alinea ke-3) “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Lalu, apa korelasinya dengan kemerdekaan negeri kita Indonesia? Penulis ingin mencoba mengambil sisi kemiripan kondisi yang dialami oleh Kuslimin pada saat permulaan Islam dengan kondisi bangsa Indonesia sebelum mendapatkan kemerdekaannya, yaitu sama-sama terbelenggu dalam ancaman dan penjajahn musuh.
Ketika kaum Muslimin hijrah ke Madinah, mereka bisa membangun peradaban, tidak lagi dibelenggu penjajahan dan merasakan kemerdekaan. Demikian pula bangsa Indonesia setelah dijajah, Allah Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi kemerdekaan san kita bisa membangun peradaban, terlepas dari belenggu penjajahan. Allahu Akbar.
Maka sudah sepantasnya kita harus mengisi nikmat kemerdekaan ini adalah dengan amal-amal kebaikan sebagai bentuk bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bersyukur adalah sebuah keharusan, karena kita telah merasakan berbagai nikmat dari-Nya. Sebaliknya, tidak bersyukur berarti mengkhianati pemberi nikmat karena mengabaikan perintah-Nya.
Mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya:
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
- Meningkatkan iman dan taqwa
Rasa syukur muncul beriringan dengan bertambahnya ketakwaan. Syukur kepada Allah itu adalah dengan bersungguh-sungguh memusatkan perhatian diri untuk mentaati Allah. Serta menjauhi maksiat, baik itu di kala rahasia maupun terang-terangan.
Imam Sahl bin Abdillah dalam kitab al-Munir menjelaskan bahwa orang yang bersyukur adalah mereka yang laku kesehariannya semakin mendekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, baik itu dalam kondisi sendiri maupun di hadapan orang lain.
- Menjauhi segala bentuk kemusyrikan.
Syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita jauhi, karena perbuatan syirik (menyekutukan Allah) menyebabkan kerusakan dan murka Allah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Syirik menghinakan manusia, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya. Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi ini. Maka, hendaknya manusia hanya mengesakan-Nya karena karunia yang amat besar tersebut.
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
- Menjadi orang yang memegah amanah
Sebagai khalifah fil ardl, manusia mengemban amanat berupa menjaga dan melestarikan alam, menggunakannya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Amanah khalifah fil ardl juga mengandung pesan agar tidak melakukan kerusakan (mafsadah) di muka bumi, konsumtif secara berlebih-lebihan yang bermuara pada kerakusan dengan menghalalkan segala cara, serta berbuat curang dan jahat dalam pergaulan sosial.
Sifat amanah harus dimiliki seorang pemimpin. Dalam membuat peraturan dan kebijakan haruslah berprinsip pada keadilan sosial sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat luas, tidak hany bagi sekelompok orang saja.
Semoga negeri kita Indonesia menjadi negeri yang baldatun thayibatun wa rabbun ghafur, negeri yang adil dan sejahtera serta mendapat rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amiin Ya Rabbal Alamin. (A/Ak/P2)
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)