Jakarta, 10 Syawwal 1436/26 Juli 2015 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan jadikan halal bi halal sebagai evaluasi agar mengukur keberhasilan selama berpuasa di bulan Ramadhan.
“Ajang halal bi halal jangan hanya dimanfaatkan sebagai ajang saling bermaaf-maafan meski itu yang utama, tetapi juga bisa menjadi ajang refleksi, evaluasi bagi diri kita agar ukuran keberhasilan selama kita berpuasa dibulan Ramadhan betul-betul bisa kita dapatkan,” kata Lukman Hakiam Saefuddin saat memberikan sambutan pada Pertemuan Awal Tahun Pelajaran 2015/2016 dan Silaturahim Keluarga Besar Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar di Lapangan Masjid Al Azhar, Jakarta, Sabtu (25/07).
Lukman mengatakan, halal bi halal adalah cara yang diwariskan oleh pendahulu bangsa Indonesia dalam menjaga hubungan horizontal.
Ia juga mengatakan, halal bi halal menjadi rangkaian penting, setelah umat Islam memperbaiki hubungan vertikalnya dengan Allah selama bulan Ramadhan melalui puasa dan amalan ubudiyah lainnya selama Ramadlan.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Mudah-mudahan Allah mengampuni karena sesuai janji-Nya, Allah akan mengampuni semua hamba yang memohon ampun kepada-Nya. Lalu bagaimana kesalahan kita terhadap sesama? Di sinilah halal bi halal menjadi forum untuk melebur kesalahan antar sesama kita,” ujar Lukaman.
“Halal bi halal ini yang diwariskan oleh para pendahulu kita yang dalan kontek Indonesia merupakan tradisi yang harus dijaga kelestariannya,” tambahnya.
Menurutnya, halal bi halal menjadi sesuatu yang penting, karena hubungan manusia bukan hanya kepada Allah SWT, tapi juga hubungan sesame manusia. Dikatakan Menga, kesalahan-kesalahan manusia kepada Allah bisa dimohonkan ampun kepada-Nya melaui istighfar, bertobat dan tidak mengulangi, serta melakukan ibadah lainnya. Namun untuk kesalahan terhadap sesama, setaip orang harus memohon maaf kepadanya atas kesalahan yang pernah dilakukannya.
Di hadapan civitas akademika dan keluarga besar YPI Al-Azhar, Lukman mengingatkan bahwa tujuan kehadiran Islam adalah menjadi rahmat bagi alam semesta. Karenanya, hubungan horizontal, hubungan sesama manusia juga mendasar dalam ajaran Islam. Dibanyak ayat suci Al Quran dijelaskan, keimanan bukan hanya soal hubungan vertikal semata. Kata iman, lanjut Menag, sering disandingkan dengan amal soleh.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Jadi iman dan amal soleh itu seumpama dua sisi mata uang, yang sisi-sisnya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Karena wujud keimanan harus terefleksikan dari seberapa besar manfaat yang bisa ditebarkan dalam konteks sosial. Kesalehan sosial adalah manifestasi dari wujud dari kesalehan individual kita,” terang Menteri Agama.
Dikatakan, Ramadhan telah memberikan kesempatan kepada kita untuk mengendalikan hawa nafsu. Kenapa hawa nafsu yang harus dikendalikan, Menag mengatakan bahwa hawa nafsu itulah akar dari kekisruhan, silang sengketa,berbagai konflik , dan hal – hal yang negative lainnya dimuka bumi ini.
“Rasulullah bahkan sangat baik menganalogikan, musuh yang terbesar itu bukanlah yang berbadan besar bersenjata lengkap, tetapi hawa nafsu itu sendiri. Jadi, puasa sangat-sangat penting bagi umat islam,” tutup Menag. (T/P010/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain