Lhokseumawe, Aceh, 20 Jumadil Akhir 1437/30 Maret 2016 (MINA) – Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin meresmikan gedung syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh, Lhokseumawe, Selasa (29/03) lalu.
Dalam sambutannya, Lukman Hakim mengatakan, struktur peradaban dibangun di atas tiga dimensi, yakni manusia, tanah, dan waktu, demikian siaran pers Kemenag yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu (30/3).
Dari ketiga struktur itu, kata Lukman, manusia menjadi unsur terpenting, karena posisinya sebagai aktor peradaban. Adapun tanah adalah medan penyemaian aktivitas manusia, dan waktu adalah alokasi kerja dalam proses membangun peradaban.
Karena manusia adalah unsur fundamental, maka pendidikan dan pembinaan menjadi hal sangat penting. “Pembangunan manusia merupakan titik tolak rekonstruksi peradaban Islam, dan, Peresmian Gedung ini menandai sebuah peradaban Islam yang dibangun melalui institusi pendidikan,” tegasnya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk di pendidikan tinggi, menurut menag menjadi bagian dari komitmen dan upaya serius Kementerian Agama untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan Islam.
Lukman berharap komitmen ini dapat direspon dengan baik oleh para aktivis muslim untuk menjalankan tugas mendidik secara professional sehingga dapat melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki kesadaran dan kemampuan konseptual dan kontekstual tentang bagaimana membangun peradaban manusia.
“Mendidik dan menyiapkan manusia terbaik adalah tanggungjawab utama sebuah kampus peradaban. Kampus peradaban adalah sebuah institusi yang fokus utamanya adalah melahirkan manusia yang berfikir, berjiwa, dan bertindak besar. Sebuah kampus yang mampu melahirkan ulama yang memiliki ilmu, iman dan jihad yang tidak ada keraguan di dalamnya,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua STAIN Malikussaleh Hafifuddin, menceritakan kronologi sejarah berdirinya STAIN di Bumi Pasai. Menurutnya, STAIN ini awalnya berbentuk Yayasan Akademi Ilmu Agama, yang pada 1990 menjadi universitas dan sekolah tinggi. Pada 2001, universitas dinegerikan, dan sekolah tinggi menyusul kemudian pada 2004.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Sejak 2005 hingga sekarang, STAIN mendapat hibah tanah baik dari Provinsi maupun Pemkab Aceh Utara. Saat ini, STAIN berdiri di atas lahan seluas 33 H dengan lebih dari lima ribu mahasiswa yang kuliah di Fakultas Dakwah, Syariah, dan Tarbiyah.
“Alhamdulilah, dua minggu lalu, kami mendapat kabar bahwa STAIN telah disetujui oleh Bapak Presiden untuk berubah menjadi IAIN,” kata Hafifuddin.
Sementara itu, Walikota Lhokseumawe Suaidi Yahya dalam sambutannya berharap, Kemenag bersedia mendirikan madrasah tingkat internasional di Tanah Pasai. “Kami telah menyiapkan tanah dan lain sebagainya,” ungkap Suaidi.
Selain dihadiri ratusan mahasiswa STAIN Malikussaleh, hadir pula Kakanwil Kemenag Aceh dan Kankemenag Kabupaten/kota se Aceh, Kakanwil Kemenag Sumut, Walikota Lhokseumawe, perwakilan TNI/Polri dan civitas akademika STAIN lainnya, dan para undangan.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Ikut mendamping Lukman Hakim, Kasubdit Pengembangan Akademis Diktis, M Zain dan Sesmen Khoirul Huda. (T/P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain