Copenhagen, Denmark, MINA – Menteri Imigrasi dan Integrasi Denmark, Inger Stoejberg memicu kontroversi di negaranya setelah mengatakan menjalankan puasa berpotensi menimbulkan risiko penyakit bagi beberapa profesi, Jumat (25/5).
Pernyataan ini ia tuliskan dalam sebuah posting blog untuk tabloid Denmark Berlingske Tidende (BT) beberapa hari lalu sebagaimana yang dilansir Al Jazeera.
Dalam pernyataannya tersebut ia menekankan kepada umat Islam yang menjalankan puasa agar tidak bekerja selama bulan Ramadhan.
“Saya menyeru Muslim mengambil cuti dari pekerjaan selama bulan Ramadhan untuk menghindari konsekuensi negatif bagi masyarakat Denmark lainnya,” ujarnya.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Ia menyebut pengemudi bus dan karyawan rumah sakit sebagai contoh profesi yang kinerjanya terpengaruh oleh makan dan minum di siang hari.
Pernyataan Stoejberg ini menuai berbagai kritik dari beberapa pengamat. Menurut mereka tidak ada bukti bahwa berpuasa menjadi bahaya di tempat kerja.
Direktur perusahaan bis di Denmark mengatakan, mereka tidak pernah mengalami kecelakaan atau keluhan terkait puasa.
Konsultan Radiolog, Gina al-Farra, yang bekerja shift 14 jam di Herleve-Gentofte University Hospital di Kopenhagen juga mengatakan, dia tidak pernah menghadapi masalah selama berpuasa.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Saya istirahat sejenak tapi saya tidak menemukan masalah melakukan pekerjaan saya saat berpuasa,”katanya.
Gina justeru melihat tindakan Stoejberg sebagai pembatas kebebasan yang akan menjadi kontrol sosial, menekankan bahwa umat Islam mampu mengurus diri sendiri dan masyarakat.
“Muslim dapat membuat penilaian sendiri apakah akan berpuasa atau tidak dan untuk berapa lama. Sebagai dokter, prioritas kami adalah melindungi dan merawat pasien. Kami tidak akan pernah menempatkan mereka dalam bahaya,” ujarnya.
Pernyataan komikal
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Bagi Muslim Denmark, cara terbaik menanggapi hal tersebut adalah dengan mengabaikannya. Sebab, mereka terbiasa dengan komentar semacam itu.
Seperti Baig, Tarek Ziad, seorang mahasiswa berusia 25 tahun dan penulis buku “The Black Beard”, sebuah buku tentang menjadi seorang Muslim Denmark, mengaku tidak terkejut dengan komentar tersebut.
“Terlebih ini bukan pertama kalinya Stoejberg mengeluarkan pernyataan seperti itu. Kebanyakan orang, bahkan non-Muslim, hanya menertawakan mereka,” katanya.
Tahun lalu, Stoejberg berpose dengan sebuah kue yang dihias dengan bendera Denmark dan angka 50 referensi dari ke-50 pembatasan imigrasi yang kemudian ia unggah foto tersebut untuk menandai amademen tersebut.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
“Hari ini saya mendapat amandemen ke-50 untuk memperketat kontrol imigrasi yang diratifikasi. Ini perlu dirayakan!,” tulisnya di Facebook.
Bulan lalu ia menulis artikel yang menyebutkan “proporsi pengungsi yang signifikan” telah menipu kepercayaan orang Denmark.
Stojberg adalah politisi kanan dari partai Venstre liberal yang telah berperan dalam mengencangkan kebijakan imigrasi Denmark. Ia juga merupakan seorang mantan jurnalis. (T/ich/ism/RS2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu