Tel Aviv, MINA – Menteri Perang Israel Yoav Gallant menyoroti besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza terhadap tentara mereka, sambil mengajukan alasan untuk mengubah undang-undang wajib militer demi merekrut orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks di tengah kekurangan tenaga kerja.
Gallant menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (28/2), karena entitas pendudukan itu tidak mencapai keberhasilan dalam genosida terhadap warga Palestina di Gaza selama perang hampir lima bulan terakhir.
“Kami membayar harga yang sangat mahal bagi pasukan kami. Kerugian yang kami keluarkan dalam hal jumlah kematian dan cedera sangat tinggi,” katanya. Islam Times melaporkan.
Entitas apartheid mengobarkan perang brutal yang didukung AS di Gaza yang diblokade pada tanggal 7 Oktober, setelah kelompok perlawanan Hamas Palestina melakukan Operasi Banjir Al-Aqsa terhadap Israel.
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza
Namun, 146 hari setelah serangan, rezim Tel Aviv gagal mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera Israel, meskipun telah membunuh lebih dari 30.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 70.300 lainnya.
Gallant mengatakan, tantangan keamanan Israel menunjukkan bahwa setiap orang harus menanggung beban. “Seluruh lapisan masyarakat.” (T/RI-1/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”