Paris, 22 Jumadil Akhir 1437/31 Maret 2016 (MINA) – Menteri Hak-Hak Perempuan Perancis Laurence Rossignol telah menyamakan wanita Muslim berjilbab dengan warga Amerika “Negro” yang menerima perbudakan, dalam sebuah wawancara dengan media Perancis.
Komentar Rossignol dalam wawancaranya dengan radio RMC dan BFM TV Perancis, memicu tuduhan rasisme pada Rabu (30/3).
Di media sosial diluncurkan sebuah petisi yang menyerukan menteri perempuan itu untuk mengundurkan diri.
Hanya dalam beberapa jam, petisi mengumpulkan lebih dari 10.000 tanda tangan. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: 20 Staf Gedung Putih: Biden Gagal Atasi Gaza
Rossignol adalah seorang tamu pada program yang membahas industri fashion Islam.
Padahal di media sosial kemudian banyak yang mengungkapkan bahwa Rossignol sebelumnya mendirikan sebuah koalisi anti-rasis, SOS Racisme.
Perancis memiliki minoritas Muslim terbesar di Eropa dan memberlakukan undang-undang yang paling ketat di benua itu tentang ekspresi iman di depan publik. Jilbab dilarang pada 2011 di Perancis.
Di tempat lain dalam wawancaranya, Menteri Rossignol dikabarkan mengkritik orang-orang yang membuat barang-barang fashion seperti burqini, baju renang sederhana yang menutupi kepala, lengan dan kaki sebagai “tidak bertanggung jawab”. (T/P001/P2)
Baca Juga: Komunitas Arab di Inggris Desak PM Keir Starmer Hentikan Genosida di Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)