Gaza City, 13 Ramadhan 1434/21 Juli 2012 (MINA) – Menteri Pertahanan Israel, Moshe Ya’alon mengatakan, ancaman terhadap Israel tidak terbatas, tetapi sudah berubah menjadi sulit dipahami dan cerdas.
Ya’alon menyampaikan pernyataan itu selama upacara untuk menandai satu jalan di pemukiman ilegal “Givat Shmuel” dengan nama mantan Panglima MIliter Israel, Amnon Lipkin-Shahak, Sabtu (20/7).
Dia mengklaim bahwa, kelompok perlawanan terlatih dan bersenjata berat yang tak terkendali secara alami akan menggantikan tentara konvensional di tahun mendatang untuk menantang Israel dari jarak jauh maupun jarak dekat.
“Kita berusaha untuk mempertahankan keunggulan teknologi di wilayah tersebut dengan persenjataan canggih untuk membantu tentara kita di medan pertempuran baik di darat, laut dan udara,” kata Moshe seperti dilaporkan Alray yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Selama ini, senjata Israel didapat dari bantuan militer yang diberikan Sekutu dekatnya, Amerika Serikat. Pada Agustus 2007, kedua negara memperbarui kesepakatan memorandum of understanding (MoU) mengenai bantuan militer.
Melalui kesepakatan itu, Amerika Serikat bersedia untuk memberikan bantuan militer kepada Israel senilai USD 30 miliar dalam jangka waktu 10 tahun.
Sebelumnya, Israel menerima bantuan militer dari Amerika Serikat sebesar USD 2,4 miliar per tahun. Dengan kesepakatan baru itu, Israel mendapatkan tambahan dana sebesar USD 600 juta per tahun.
Melalui persenjataan yang canggih, militer Israel melakukan agresi ke wilayah Palestina, khususnya ke Jalur Gaza di mana basis kelompok perlawanan masih kuat. (T/P02/R2).
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza