Bonn, Jerman, MINA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jumat, 17 November 2017. Pelaksanaan forum perubahan iklim internasional atau biasa disebut Conference of The Parties/COP UNFCCC yang ke-23 berakhir hari ini, Jumat (17/11) waktu setempat.
Selama kurang lebih dua minggu negara-negara di dunia berkumpul untuk menyuarakan aksi perubahan iklim, dalam rangka menurunkan emisi karbon global.
“Semua upaya dalam aksi perubahan iklim, saat ini dan masa depan, harus dikembangkan, diimplementasikan, dan melibatkan semua pemangku kepentingan di semua tingkat. Agenda Paris Agreement harus melibatkan semua pemangku kepentingan dan institusi termasuk parlemen, akademisi, masyarakat sipil, swasta sektor, masyarakat lokal, dan yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah masyarakat internasional”, kata Menteri LHK Siti Nurbaya, saat memberikan sambutan penutupan Paviliun Indonesia di Bonn Zone, Bonn, Jerman, seperti dimuat siaran pers yang diterima MINA.
Disampaikan Siti Nurbaya, Paviliun Indonesia merupakan salah satu bentuk diplomasi halus, sekaligus sarana informasi aksi-aksi pengendalian perubahan iklim di Indonesia, sejajar dengan proses negosiasi di Bula Zone.
“Dari paviliun ini, Indonesia berbagi dengan masyarakat internasional, kebijakan dan langkah nyata Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dari lima sektor di Indonesia, dan dilaksanakan oleh semua aktor, termasuk kaum perempuan dan pemuda,” tambahnya.
Siti Nurbaya juga menyampaikan bahwa, pesan terpenting yang ingin disampaikan dalam Paviliun ini adalah semua pemangku kepentingan di Indonesia telah terlibat dalam penyusunan kebijakan, implementasi, pelibatan masyarakat, melalui kerjasama kolaboratif.
“Pemerintah Indonesia percaya bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri, kita harus bekerja sama dan harus lebih pintar dari sebelumnya, sebagaimana tema Paviliun Indonesia “A Smarter World : Collective Action for A Changing Climate”.
Dalam kesempatan ini, Siti Nurbaya, atas nama Pemerintah RI Indonesia, menyampaikan apresiasinya kepada perwakilan dari berbagai negara yang turut hadir di Pavilion (Jepang, Australia, Fiji, Palau, Filipina), kepada mantan wakil presiden Amerika Serikat, Menteri Koordinator Kelautan, Menteri Badan Pembangunan Nasional, Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim dari Indonesia, serta perwakilan Komisi IV dan Komisi VII DPR RI. Apresiasi juga disampaikan kepada seluruh narasumber dan Tim Pavilion, serta Kedutaan Besar Indonesia untuk Republik Federal Jerman.
Sementara itu, Ketua Penyelenggara Paviliun Indonesia, Staf Ahli Menteri LHK Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Agus Justianto, merasa bangga atas suksesnya Paviliun Indonesia dalam mempromosikan aksi nyata perubahan iklim, serta berbagi informasi praktek-praktek terbaik dari berbagai negara.
“Banyak narasumber telah menggemakan kebutuhan tindakan kolektif dalam mitigasi perubahan iklim dan adaptasi, kebutuhan tindakan kolektif, mulai dari daerah pesisir hingga ke hutan dan daerah pegunungan. Dan keberadaan Paviliun Indonesia sangat mengakomodir kebutuhan peserta akan informasi terkait upaya perubahan iklim global, karena tidak semua peserta COP merupakan negosiator,” tutur Agus.
Sebanyak kurang lebih 200 pembicara dari seluruh dunia hadir dalam 48 sesi diskusi panel di Paviliun Indonesia, dan selain sesi diskusi Paviliun Indonesia juga menampilkan beberapa kesenian tradisional dan makanan tradisional Indonesia, khususnya Kopi Aceh, sebagai salah satu kopi terbaik di dunia.
Selama pelaksanaan COP 23 UNFCCC tanggal 6-17 November 2017 di Bonn, berbagai negosiasi telah dihadiri oleh Delegasi Republik Indonesia (Delri), dan antusiasme para pengunjung Pavilion sangat tinggi setiap harinya. Sebagaimana disampaikan oleh Regina dari Uzbekistan, yang mengaku baru pertama kali mengikuti COP, dan sangat menyukai Paviliun Indonesia. “Paviliun Indonesia sangat menarik, interaktif, dan informatif, sehingga membuat saya tertarik untuk mengunjungi negara Indonesia,” ujarnya. (R/R11/RS3)
Miraj News Agency (MINA)