Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menuju Indonesia Terang 2030: Listrik untuk Semua, Energi untuk Kedaulatan

Rana Setiawan Editor : Rudi Hendrik - 42 menit yang lalu

42 menit yang lalu

7 Views

Petugas PLN mengecek meteran listrik.(dok: PLN)

Malam itu, di Desa Bandar Jaya, Musi Banyuasin, cahaya pertama menembus jendela rumah warga. Setelah hampir satu dekade hidup dalam kegelapan, listrik PLN akhirnya menyala. Anak-anak bersorak, ibu-ibu menitikkan air mata.

“Sekarang rumah terang, hati juga terang,” ujar Rohiya, warga dusun Sungai Putih. Sementara warga Desa Bandar Jaya lainnya, Ruslan, 52 tahun, seorang buruh tani tersenyum dengan haru. Setelah kembali dari merantau untuk mengurus orang tuanya yang sakit, ia juga hidup tanpa aliran listrik selama hampir satu dekade.

Kisah sederhana ini mencerminkan langkah besar Indonesia menuju kedaulatan energi nasional, dari hulu ke hilir, dari kota hingga pelosok negeri.

Melalui Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) dari Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan PLN, warga Desa Bandar Jaya, Musi Banyuasin belum lama ini mendapatkan sambungan listrik gratis untuk tempat tinggalnya.

Baca Juga: Semangat Santri: Dari Pesantren Nusantara Menuju Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Indonesia memiliki potensi energi primer yang melimpah: batu bara, gas bumi, minyak, hingga energi baru terbarukan (EBT). Tantangannya kini adalah bagaimana mengoptimalkan sumber daya tersebut untuk mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat meninjau progres Program Listrik Desa sekaligus penyalaan BPBL di Desa Bandar Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin, Kamis (16/10/2025), arah kebijakan energi pemerintah dengan menekankan target Presiden Prabowo adalah pemerataan dan kedaulatan energi. Pemerintah akan memastikan tidak ada lagi desa yang tertinggal dalam kegelapan pada 2030.

Langkah konkret diwujudkan melalui Program Listrik Desa (Lisdes) yang menargetkan 1.285 desa mendapat listrik hingga akhir 2025. Pembangunan infrastruktur mencakup 4.770 kilometer jaringan tegangan menengah, 3.265 kilometer tegangan rendah, serta 94.040 kVA gardu distribusi, memberi akses listrik bagi lebih dari 77.000 keluarga.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menekankan, target itu bukan sekadar angka, tapi kehidupan yang berubah. Listrik membawa pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan.

Baca Juga: Ketika Cinta kepada Nabi Dikriminalisasi dan Ketika Kebencian Menjadi Hiburan

Dalam skala makro, strategi besar National Energy Grand Strategy (NEGS) juga terus dijalankan, yakni memperkuat pemanfaatan sumber energi domestik, memperluas investasi di sektor EBT, dan mendorong efisiensi dari hulu ke hilir.

Proyek besar seperti PLTU Batang, Sutet 500 kV Kendal, dan Jawa-Bali Crossing Project memperkuat sistem kelistrikan nasional. Sementara PLN menargetkan bauran EBT mencapai 23% pada 2025, menuju Net Zero Emission 2060.

Listrik untuk Semua Wujud Energi Berkeadilan

Energi bukan hanya urusan ekonomi, tetapi hak sosial setiap warga negara. Di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), listrik berarti kehidupan: penerangan, pendidikan, hingga layanan kesehatan.

Baca Juga: Israel sebagai Buffer State AS yang Semakin Terisolasi

PLN menegaskan komitmen itu melalui program “Berbagi Cahaya, Menumbuhkan Harapan”, bagian dari peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-80. Program tersebut menyalakan listrik bagi lebih dari 8.000 keluarga prasejahtera di seluruh Indonesia.

“Selama masih ada satu rumah yang hidup dalam gelap, pekerjaan kami belum selesai,” kata Darmawan Prasodjo.

Di Bantul, Yogyakarta, PLN menyalakan listrik di 11 rumah prasejahtera sekaligus menyalurkan bantuan sosial dan renovasi rumah ibadah. Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut langkah ini sebagai contoh nyata keadilan energi. “Listrik penting bukan hanya untuk rumah tangga, tapi juga pertanian dan usaha rakyat,” ujarnya.

Program seperti ini membuktikan bahwa negara hadir bukan hanya di pusat-pusat industri, tetapi juga di pelosok desa,  memastikan terang dan kemajuan dirasakan merata.

Baca Juga: Tabiat Abadi Zionis Israel, Selalu Melanggar Perjanjian

Elektrifikasi Gaya Hidup Baru, Ekonomi Baru

Swasembada energi juga berarti transformasi di hilir melalui perubahan perilaku konsumsi menuju gaya hidup elektrifikasi.

Dari kompor induksi di dapur, motor listrik di jalan, hingga sistem digital pada industri, elektrifikasi menjadi simbol modernisasi energi bersih. Hingga pertengahan 2025, pengguna kendaraan listrik di Indonesia telah mencapai 150 ribu unit, naik 65% dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah menargetkan 2 juta kendaraan listrik beroperasi pada 2030.

Di sektor rumah tangga, program konversi kompor LPG ke kompor induksi terus berjalan. PLN mencatat peningkatan konsumsi listrik rumah tangga sebesar 8,2% sepanjang 2025, sebagian besar berasal dari elektrifikasi rumah tangga dan UMKM.

Baca Juga: Ketika Bumi Memanggil Kita Lewat Gelombang Panas

Selain efisiensi, transisi ini juga menekan impor bahan bakar dan menghemat devisa negara hingga Rp70 triliun per tahun.

Energi Adalah Kedaulatan

Energi adalah fondasi berdirinya negara modern. Ketika sebuah bangsa mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri, ia bukan hanya mandiri secara ekonomi, tetapi juga berdaulat secara politik dan sosial.

Dengan cadangan energi nasional yang cukup menopang kebutuhan hingga 60 tahun ke depan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan ketahanan energi jangka panjang. Namun kuncinya ada pada sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya dengan bijak dan berkelanjutan.

Baca Juga: Perdamaian Tidak Akan Terwujud Tanpa Negara Palestina

Proyek Indonesia Battery Corporation (IBC) dan investasi besar di sektor energi terbarukan menandai langkah strategis Indonesia menjadi pemain utama, bukan sekadar pasar, dalam peta energi global.

“Dunia bergerak ke arah transisi energi, dan Indonesia harus menjadi bagian dari pemimpin perubahan itu,” tegas Bahlil Lahadalia.

Dari desa yang baru menikmati listrik hingga megaproyek energi di tingkat nasional, semangat yang sama menyatukan: menghadirkan terang untuk seluruh rakyat Indonesia.

Swasembada energi bukan sekadar target teknis, melainkan perjuangan moral dan kedaulatan bangsa. Setiap kabel yang terpasang adalah urat nadi pembangunan, dan setiap cahaya yang menyala adalah simbol kemerdekaan sejati.

Baca Juga: Tahanan Palestina Abu Moussa Pulang, tapi Gaza telah Hancur dan Keluarganya telah Gugur

Kini, Indonesia tengah menyalakan energi kuat untuk masa depan yang berdaulat. Seperti dikatakan Dirut PLN, “Selama masih ada satu rumah yang gelap, tugas kita semua belum selesai.”[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Muka Tembok: Netanyahu dan Ambisi di Atas Darah

Rekomendasi untuk Anda