Sejak kemerdekaannya 30 tahun yang lalu, Kazakhstan muncul sebagai pusat bisnis dan investasi dalam ekonomi global, menempati peringkat ke-25 dalam Indeks Ease of Doing Business Index, sebuah indeks yang dibuat oleh Bank Dunia untuk melakukan penentuan peringkat kemudahan berbisnis di sebuah negara untuk tahun 2020 dan ke-34 dalam Indeks Kebebasan Ekonomi 2021.
Sejak 1991, negara itu menarik hampir $400 miliar pada Investasi Asing Langsung/FDI (Foreign Direct Investment) dan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat 16 kali lipat. Dimulai dengan beralih ke mode pasar bebas pada awal kemerdekaannya, Kazakhstan saat ini menjadi titik fokus untuk bisnis dan investasi dengan reformasi dan inisiatif berkelanjutan untuk mengamankan lingkungan guna menarik investasi asing dari seluruh dunia.
Astana International Financial Center (AIFC) didirikan pada 2018, sebuah pusat unik di peta dunia keuangan yang menyatukan praktik dan peluang terbaik yang ditawarkan oleh lembaga serupa di seluruh dunia – dari New York City dan London hingga Dubai.
Lembaga ini adalah institusi pertama di kawasan asia tengah yang menawarkan bisnis platform hukum yang lengkap dan komprehensif untuk menarik, menerapkan dan melindungi investasi menjadikan Kazakhstan sebagai pusat keuangan di wilayah tersebut. Yurisdiksi AIFC didasarkan pada prinsip, norma, dan preseden hukum Inggris dan Wales (Common Law).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Terlepas dari dampak negatif yang signifikan dari pandemi COVID-19 pada ekonomi global di sebagian besar negara, Kazakhstan mampu meningkatkan investasi asing langsung (FDI) pada tahun 2020 sebesar 35 persen, menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
OCED mengatakan, indikator menunjukkan bahwa Kazakhstan memiliki peningkatan FDI paling signifikan di antara 17 negara dengan ekonomi transisi dan 34 negara yang terkurung daratan. Organisasi keuangan tersebut menambahkan, pertumbuhan ini dirangsang oleh tanggapan tepat waktu dari pemerintah untuk meningkatkan investasi asing di Kazakhstan, yang memungkinkannya untuk mencatat stok FDI tertinggi terhadap PDB di wilayah tersebut.
Dalam delapan bulan pertama tahun 2021, Kazakhstan mencatat pertumbuhan ekonomi pra-pandemi sebesar 3%, tanda yang jelas dari situasi keuangan yang stabil di negara itu, yang dapat ditelusuri kembali kepada reformasi ekonomi darurat dan kebijakan yang diadopsi oleh Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev.
Fakta bahwa Kazakhstan berhasil menjaga ekonominya relatif tangguh dan tahan terhadap ancaman eksternal berarti bahwa negara tersebut mampu memperkenalkan dan menerapkan daftar panjang reformasi politik di bawah kepresidenan Tokayev sejak 2019.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Misalnya, undang-undang baru tentang majelis telah mempermudah pengorganisasian dan partisipasi dalam rapat umum dan kuota 30 persen untuk perwakilan perempuan dan pemuda dalam daftar partai pemilihan umum telah diterapkan untuk memperluas partisipasi dalam politik.
Untuk mempromosikan parlementerisme dan mendorong pluralisme politik, jumlah anggota yang diperlukan untuk pendirian partai politik telah dikurangi setengahnya, dan ambang batas bagi partai politik untuk mendapatkan kursi di majelis rendah parlemen baru-baru ini diturunkan dari 7 persen menjadi 5 persen.
Reformasi ini bertujuan untuk mempromosikan perlindungan hak asasi manusia, serta pluralitas politik dan persaingan di Kazakhstan.
Presiden Tokayev juga menandatangani dekrit di bidang hak asasi manusia yang bertujuan untuk meningkatkan mekanisme interaksi dengan badan-badan PBB termasuk Dewan Hak Asasi Manusia PBB; menjamin hak-hak korban perdagangan orang; meningkatkan hak-hak penyandang disabilitas; penghapusan diskriminasi terhadap perempuan; hak atas kebebasan berserikat; kebebasan berbicara; penegakan dan pencegahan penyiksaan dan lain-lain.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Pada tanggal 1 September tahun ini, Presiden mengumumkan reformasi ekstensif di bidang pembangunan terkemuka, dengan fokus yang jelas pada pembangunan sosial dan ekonomi lebih lanjut di Kazakhstan.
Tokayev menetapkan tujuan untuk penggunaan subsoil yang efektif, privatisasi lebih lanjut di sektor ekonomi dan bisnis, solusi yang lebih baik di sektor agroindustri, dan inisiatif baru untuk digitalisasi ekonomi dan sektor publik.
Reformasi ini, bersama dengan fasilitasi besar dan hak istimewa untuk investasi dan perusahaan asing, menjadikan Kazakhstan pusat investasi asing dari seluruh dunia di Asia Tengah.
Iklim yang ramah bisnis ini menciptakan peluang baru bagi Kazakhstan dan mitra ekonomi dan bisnisnya untuk mengembangkan hubungan bilateral lebih lanjut. Indonesia, Malaysia dan Singapura adalah mitra utama Kazakhstan di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Terlepas dari semua tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi, negara-negara mampu memperkuat hubungan ekonomi.
Kazakhstan mewakili minat khusus di antara pengusaha dan bisnis regional di sektor teknologi keuangan, konstruksi, minyak dan gas.
Hari ini, terbukti bahwa langkah-langkah yang diterapkan tepat waktu membuka jalan bagi keberhasilan Kazakhstan dalam pembangunan bangsa dan muncul sebagai negara berkembang dinamis, berorientasi pasar, yang keunikannya ditandai dengan stabilitas politik dan kemakmuran ekonominya.
Pemerintahan Presiden Tokayev terus menerapkan paket reformasi ekonomi dan politik yang signifikan sebagai bagian dari kebijakannya untuk mengembangkan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik Kazakhstan.(AK/R1/P2)
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis