DALAM dunia dakwah, keberhasilan seorang da’i tidak hanya ditentukan oleh seberapa fasih lisannya atau seberapa dalam ilmunya, melainkan juga oleh seberapa indah akhlaknya. Akhlak yang mulia menjadi pintu utama yang mengantarkan pesan dakwah sampai ke hati masyarakat. Tanpa akhlak yang baik, nasihat sehebat apapun bisa kehilangan daya tariknya.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan utama dalam menyebarkan dakwah. Bahkan, beliau dikenal bukan hanya karena wahyu yang beliau bawa, tetapi juga karena akhlaknya yang luar biasa. Allah SWT pun menegaskan dalam Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Ini menunjukkan bahwa akhlak adalah fondasi utama keberhasilan dakwah.
Para da’i hebat sepanjang sejarah Islam, dari generasi sahabat hingga masa kini, selalu dikenal karena keteladanan pribadi mereka. Ucapan mereka ringan, tapi tindakan mereka kuat. Mereka menundukkan hati manusia bukan dengan amarah, melainkan dengan kelembutan, kasih sayang, dan kesabaran.
Akhlak seorang da’i mencerminkan pesan dakwahnya. Jika seorang da’i menyerukan kesabaran tapi mudah marah, atau mengajak pada kejujuran namun suka berdusta, maka pesan yang ia bawa akan kehilangan nilai. Sebaliknya, ketika ucapan dan perbuatannya selaras, ia akan menjadi magnet kebaikan.
Baca Juga: Bergabung dalam Perlawanan Palestina Melalui Hari Keffiyeh Sedunia
Salah satu rahasia sukses para da’i hebat adalah kemampuan mereka memahami karakter mad’u (objek dakwah). Mereka tahu kapan harus tegas, kapan harus lembut, dan kapan harus diam. Mereka tidak memaksakan kehendak, melainkan menyentuh hati dengan hikmah dan nasihat yang baik (QS. An-Nahl: 125).
Akhlak yang baik juga membuat da’i menjadi pribadi yang disenangi, bukan ditakuti. Mereka tidak memposisikan diri sebagai hakim, tetapi sebagai saudara yang ingin membawa kebaikan. Da’i yang baik tidak menghakimi, melainkan memeluk orang yang sedang tersesat agar kembali ke jalan Allah.
Dalam era digital saat ini, akhlak da’i diuji lebih berat. Interaksi di media sosial yang penuh perbedaan pandangan sering kali memancing emosi. Namun da’i yang sukses tetap menjaga etika, tidak terpancing debat kusir, dan selalu menjunjung adab dalam berdakwah—baik online maupun offline.
Banyak kisah tentang orang yang tersentuh oleh akhlak mulia seorang da’i, lalu berubah 180 derajat menjadi pribadi yang lebih baik. Dakwah seperti ini tidak selalu memerlukan mimbar, cukup dengan senyum, sabar, dan perhatian tulus, maka hati orang lain bisa luluh dan terbuka menerima kebaikan.
Baca Juga: Harapan Perdamaian di Palestina, Realita atau Mimpi?
Rahasia lainnya adalah konsistensi dalam meneladani akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap aspek kehidupan. Baik di rumah, masjid, kantor, maupun pasar, seorang da’i sejati tidak hanya menyampaikan Islam, tetapi juga mempraktikkannya dengan penuh ketulusan.
Kelembutan dalam berbicara adalah ciri utama para da’i sukses. Mereka memahami bahwa manusia cenderung menerima pesan yang disampaikan dengan hati, bukan dengan tekanan. Kata-kata yang lembut namun bermakna bisa lebih efektif dibanding kata-kata keras yang menyakitkan.
Para da’i hebat juga dikenal sebagai pendengar yang baik. Mereka tidak buru-buru menilai orang lain, tapi memberikan ruang untuk orang bercerita dan menunjukkan empati. Dengan begitu, mereka mendapatkan kepercayaan, dan pesan dakwah pun lebih mudah diterima.
Sikap rendah hati adalah kunci lainnya. Da’i yang rendah hati tidak merasa paling benar, apalagi meremehkan orang lain. Mereka tahu bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah, dan tugas mereka hanya menyampaikan dengan cara terbaik, bukan memaksa.
Baca Juga: Benteng Syam dan Janji Langit: Melawan Dajjal dan Membebaskan Al-Aqsa
Keteladanan nyata dalam kehidupan sehari-hari justru lebih kuat dari ceramah panjang lebar. Da’i yang disiplin, jujur, santun, dan ramah akan lebih berpengaruh daripada da’i yang hanya banyak bicara tapi kurang aksi. Akhlak yang baik menjadikan dakwah hidup dan membekas.
Bagi para pemuda yang ingin menjadi da’i sukses, mulailah dari membenahi akhlak. Ilmu sangat penting, tapi akhlak adalah pintu yang membuat ilmu diterima. Jangan hanya sibuk menghapal dalil, tapi sibuklah juga memperbaiki hati dan adab.
Menyebarkan kebaikan dengan akhlak adalah jalan sunyi namun penuh berkah. Mungkin tidak selalu viral, tapi pasti berbekas. Itulah rahasia sukses para da’i hebat: mereka tidak sekadar bicara, tapi mereka adalah kebaikan itu sendiri yang hidup dan berjalan di tengah umat.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Haji, Momentum Perbaikan Integritas Bangsa