MER-C Bertemu Romo Magnis Bahas Isu Palestina

Jakarta, MINA – Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee () Indonesia, dr. Sarbini Abdul Murad bertemu dengan Romo Frans Magnis Suseno untuk membahas konflik Palestina – Israel. Pertemuan ini dalam rangka Safari Kemanusiaan MER-C dengan Tokoh-Tokoh Lintas Agama untuk Palestina.

Dalam keterangan tertulis yang diterima MINA pada Selasa (2/11), langkah itu sudah dilakukan MER-C sejak lama untuk menegaskan persoalan Palestina bukan hanya masalah umat Islam, namun semua agama karena sisi kemanusiaannya.

Ketua Presidium MER-C berdiskusi dan meminta pandangan serta masukan dari salah satu Tokoh Agama Katolik senior Indonesia itu tentang konflik Palestina – Israel dan upaya bersama sebagai elemen bangsa dan warga dunia untuk menyelesaikan konflik ini.

Sarbini mengatakan, MER-C sebagai organisasi sosial kemanusiaan dan perdamaian berupaya mengajak semua tokoh agama mendukung kemerdekaan Palestina karena ini panggilan konstitusi dan hutang sejarah dimana Palestina satu-satunya peserta Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang hingga saat ini belum merdeka.

“Kita mengharapkan konflik ini bukan konflik agama, namun konflik ini bisa diselesaikan secara bersama-sama. Orang ramai membahas Palestina ketika ada pengemboman di sana, namun setelah itu kita lupa. Padahal masalah konflik Palestina – Israel lebih besar dari itu dan luar biasa, sehingga perlu dukungan banyak pihak,” ujarnya.

Sarbini juga menyampaikan program yang telah dilakukan MER-C untuk Palestina selama lebih dari 12 tahun terakhir, yaitu pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza yang merupakan bantuan murni dari rakyat Indonesia melalui MER-C.

Menanggapi hal ini, mengatakan membantu orang-orang Palestina sangat terpuji karena mereka mengalami penjajahan yang sangat serius. Ia juga sepakat dan mendukung langkah MER-C bahwa permasalahan di Palestina bukan hanya milik umat Islam karena di sana ada bermacam-macam agama.

“Palestina itu bukan masalah Islam saja, karena orang Kristen di sana di Palestina, ada Katolik, Ortodoks, macam-macam, semua orang Arab, semua itu penduduk Palestina dan mereka sama. Saya kira itu penting sekali. Tapi tidak apa-apa kalau Islam sangat kuat mendukungnya,” katanya.

Namun ia mengaatakan situasi di Palestina pada umumnya tidak mudah, masalahnya konflik politis kemanusiaan dan etis. Ia sepakat orang Palestina baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza berhak atas kebebasan penuh dan itu berarti mempunyai negara berdaulat. Permasalahan Yerusalem menurutnya lebih kompleks.

Namun menurutnya, jika Israel mengira bisa selamanya menindas bangsa Arab di Palestina, tentu tidak. Sebagaimana apartheid di Afrika yang juga tidak bisa dipertahankan untuk selamanya. (T/R7/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)