Tangerang, MINA – Lembaga medis kegawatdaruratan Medical Emergency Rescue – Committee (MER-C) mengirim tim supervisi berjumlah 11 orang ke RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Tim tersebut nantinya akan meninjau progres pembangunan tahap dua RS Indonesia di sana.
Pembangunan tahap dua RS Indonesia dalam rangka menambahkan dua lantai baru dengan kapasitas 100 tempat tidur tambahan. Pembangunan itu sudah dimulai sejak Februari 2019 lalu dan direncanakan akan rampung pada pertengahan hingga akhir tahun 2020.
Ketua Presidium MER-C dr. Sarbini Abdul Murad mengatakan, mereka akan berada di Jalur Gaza, Palestina, selama dua pekan lamanya. Dalam rombongan tersebut, dua orang di antaranya adalah calon mahasiswa Universitas Islam Gaza dari Pesantren Al-Fatah.
“Tim ini berjumlah 11 orang terdiri atas 9 laki-laki dan 2 perempuan. Mereka akan berada di sana selama dua pekan. Kira-kira 10 hari di Gaza, dan 4 hari perjalanan,” kata Sarbini kepada MINA saat pelepasan tim supervisi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Ahad (16/2).
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana
Pada Jumat (14/2) kemarin, delegasi MER-C bersama tim supervisi sempat menemui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam pertemuan itu, orang nomor satu di DKI Jakarta itu berharap RS Indonesia bisa menjadi perekat persahabatan Indonesia-Palestina.
Sarbini menjelaskan, tim supervisi tersebut nantinya akan meninjau hasil kerja pembangunan tahan dua RS Indonesia selama setahun. Peninjauan itu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana progres pembangunan, termasuk untuk mengukur kebutuhan dalam beberapa tahun mendatang.
“Tim supervisi ini akan melihat sejauh mana pekerjaannya, apa yang harus ditambah, apa yang harus dilakukan,” katanya.
Dia mengungkapkan, lembaganya juga telah menerima tanah wakaf di depan RS Indonesia seluas 8 ribu meter. Salah satu tujuan dari kedatangan tim supervisi tersebut adalah meninjau dan mendiskusikan akan dijadikan sebagai apa lahan tersebut.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
“Kita diskusikan tanah wakaf seluas 8 ribu meter itu, apakah menambah rumah sakit, atau sekolah, atau pusat training, atau apa pun, yang nanti akan didiskusikan teman-teman di lapangan dengan pihak-pihak terkait. Jadi tim ini sangat penting,” katanya.
Sarbini menegaskan, lembaganya ingin memaksimalkan segala kemampuan yang ada, sebagai tanda bahwa MER-C akan selalu berada di Gaza. MER-C akan terus melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat Gaza khususnya, dan Palestina umumnya.
“Jadi setelah satu tugas selesai bukan berarti telah selesai, tetapi akan ada tugas-tugas baru lagi. Ini sebuah kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, pemerintah Palestina, kepada MER-C,” katanya.
Ichsan Thalib yang menjadi salah satu anggota tim supervisi, mengatakan, perjalanan ke Gaza adalah sebuah amanah atas investasi rakyat Indonesia dalam bentuk RS Indonesia.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
“RS Indonesia dibangun oleh tim dari MER-C dan Pesantren Al-Fatah atas nama bangsa Indonesia ini mudah-mudahan menjadi monumen yang membanggakan bangsa kita dan dapat menyatukan hati umat Muhammad SAW di seluruh dunia,” katanya.
Menurut Ichsan, banyak orang memandang bahwa konflik Palestina adalah konflik dari segala konflik di muka bumi. Dia berharap dengan adanya bangunan berupa RS Indonesia ini dapat menyatukan satu ide pergerakan dan perjuangan yang lebih nyata.
“Ini adalah sebuah perjalanan impian. Terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang telah mempercayakan dan mudah-mudahan perjalanan ini dapat membanggakan bangsa kita dan umat Muhammad SAW. Terima kasih,” katanya. (L/R2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan