Meraih Banyak Kebaikan dengan Berinfak

(Foto: Ilustrasi/ Zaenal MINA)

(Kajian Alquran surat Ali Imron ayat 92)

Oleh Zaenal Muttaqin, wartawan dan Kepala Biro Kantor Berita MINA di Jawa Tengah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

  لَنْ تَنَا لُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِ نَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Artiny: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha mengetahui.” (QS. Ali Imran: 92)

Penjelasan Kata:

Arti – لن – tidak akan pernah. Arti – تنالوا – kamu mencapai, memperoleh, mendapatkan, memiliki, memenangkan, menghasilkan, menerima.

Arti – البر – yang melimpah. Baik atau bagus dalam bahasa Arab ada beberapa kata antara lain – حسن , خير, معروف – dan lainnya.

Al-birru – البر – dari asal kata birru – بر – artinya daratan, yang sangat luas, biasanya dikaitkan dengan masalah ketaatan sebagai balasan atau pahala. Jadi maksudnya kebaikan yang tak terbatas, atau manfaat yang sangat luas. Seperti disebut dalam surat Albaqarah: 177.

Arti – تنفقون – kamu infakkan. Asalnya dari kata – نفق – yang artinya lubang atau lorong. Atau sesuatu yang habis. Menurut Ibnu Faris, artinya: Terputusnya sesuatu atau hilangnya sesuatu. Tersembunyinya sesuatu atau tersamarnya sesuatu.

Secara bahasa infak artinya, suatu pemberian harta kepada orang lain yang akan habis atau hilang dan terputus dari pemiliknya atau orang yang memberi.

Arti secara istilah adalah, mengeluarkan sebagian harta atau rizki atau pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh syariat.

Arti – تحبون – kamu mencintainya dari kata – حب – artinya cinta. Al-hub dalam Alquran disebut 28 kali dengan bermacam bentuk (derifasi). Artinya, suatu yang pasti disenangi oleh manusia. Arti – الحب – terbagi menjadi tiga, yaitu:

Pertama: المحبة للذة – cinta kepada kenikmatan atau yang dapat memberi nikmat. Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 177

Kedua: المحبة للنفع – cinta kepada kemanfaatan, cinta terhadap sesuatu yang bermanfaat. Seperti dalam surat As-Shof: 13 ( واخرى تحبونها نصر من الله وفتح قريب )

Ketiga: المحبة للفضل – cinta kepada keutamaan atau keunggulan, kelebihan. Seperti cinta kepada orang-orang yang berilmu.

Pada surat Ali Imron ayat ke 92 yang dimaksud dengan “yang kamu cintai” adalah pengertian yang pertama, yaitu – المحبة للذة – cinta pada yang memberi kenikmatan yaitu harta atau maal ( مال ). Atau yang sangat dicintai itu adalah harta atau maal yang secara langsung juga disebut dalam Al-Baqarah ayat 177.

Arti – المال – itu sendiri secara bahasa adalah condong, miring, atau sesuatu yang dicondongi. Lisanul Arabi menyebut, Maal artinya segala sesuatu yang diinginkan atau dicondongi oleh manusia untuk disimpan dan dimiliki.

Kata ( مال ) maal dalam Alquran juga punya beberapa arti, yaitu bisa berarti makanan ( طعام ), bisa berarti tanah ( عرض), atau juga uang ( دنار ). Semua pengertian itu berdasarkan pada sebab nuzul dari Albaqarah ayat 177 tadi.

Karena harta atau maal itu dicondongi dan diinginkan oleh kebanyakan manusia, maka sering kali dapat menjadi sumber masalah dalam kehidupan. Baik banyak maupun sedikit dan ada maupun tidak ada.

Harta atau maal tidak akan jadi masalah jika digunakan sesuai yang diperintahkan oleh Allah. Maka pergunakanlah harta sesuai dengan yang diperintahkan syariat agar tidak menimbulkan bencana atau masalah.

Jika harta digunakan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah maka akan banyak memberikan kebaikan. Karenanya banyak dalam Alquran, ketika menyebutkan kriteria orang yang beriman atau bertakwa sering disertakan pula menginfakkan rizki atau harta. Seperti dalam surat Al-Anfal ayat 2 yang menyebut tanda orang beriman, juga surat Albaqarah ayat 3 tentang orang bertakwa, serta Ali Imron ayat 133 juga tentang kriteria orang bertakwa dan masih banyak ayat-ayat lainnya.

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan beberapa riwayat ketika menjelaskan surat Ali-Imran ayat 92, yakni:

Anas ibnu Malik radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Abu Talhah adalah seorang Anshar yang paling banyak memiliki harta di Madinah, dan harta yang paling dicintainya adalah Bairuha (sebuah kebun kurma) yang letaknya berhadapan dengan Masjid Nabawi. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sering memasuki kebun itu dan meminum airnya yang segar lagi tawar. Sahabat Anas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah diturunkan firman-Nya yang artinya: Kalian sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. (Ali Imran: 92).

Lalu Abu Thalhah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman yang artinya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai, (Ali Imran: 92), dan sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha ini, dan sekarang Bairuha aku sedekahkan agar aku dapat mencapai kebajikan melaluinya dan sebagai simpananku di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka aku mohon sudilah engkau, wahai Rasulullah, mempergunakannya menurut apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu.”

Maka Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam menjawab melalui sabdanya: Wah, wah, itu harta yang menguntungkan, itu harta yang menguntungkan; dan aku telah mendengarnya, tetapi aku berpendapat hendaklah kamu memberikannya kepada kaum kerabatmu.

Abu Thalhah menjawab, “Akan aku lakukan sekarang, wahai Rasulullah.” Lalu Abu Talhah membagi-bagikannya kepada kaum kerabatnya dan anak-anak pamannya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Di dalam kitab shahihain (Bukhari dan Muslim) disebutkan:

أَنَّ عُمَر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أُصِبْ مَالًا قطُّ هُوَ أنْفَسُ عِنْدِي مِنْ سَهْمِي الَّذِي هُوَ بِخَيْبَرَ، فَمَا تَأْمُرُنِي بِهِ؟ قَالَ حَبِّس الأصْل وسَبِّل الثَّمَرَةَ”

Bahwa sahabat Umar radhiyallahu anhu mengatakan, “Wahai Rasulullah, aku belum pernah memperoleh harta yang paling aku cintai dari semua harta yang ada padaku selain bagianku dari ghanimah Khaibar. Apakah yang harus aku lakukan terhadapnya menurutmu?” Maka Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam menjawab: Tahanlah pokoknya dan sedekahkanlah (di jalan Allah) buah (hasil)-nya. Allahu a’lam bis showaab. (A/B04/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.