Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meraih Kemenangan Hakiki: Idul Fitri sebagai Momentum Perubahan

Bahron Ansori Editor : Ali Farkhan Tsani - 54 detik yang lalu

54 detik yang lalu

0 Views

Saling memaafkan di hari fitri (foto: ig)

IDUL FITRI merupakan hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Kemenangan ini bukan sekadar terbebas dari kewajiban berpuasa, melainkan kemenangan atas hawa nafsu, kebiasaan buruk, serta dorongan untuk meningkatkan kualitas diri.

Dalam Islam, kemenangan hakiki adalah ketika seorang hamba berhasil menjadikan dirinya lebih baik, lebih taat kepada Allah, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Oleh karena itu, Idul Fitri seharusnya menjadi momentum perubahan menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh keberkahan.

Puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga latihan spiritual untuk memperbaiki akhlak serta memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Dengan menahan diri dari hal-hal yang diharamkan, seorang Muslim dilatih untuk lebih sabar, jujur, dan bertakwa. Kebiasaan ini harus terus dipertahankan setelah Ramadan berakhir agar kemenangan yang diraih benar-benar memiliki dampak dalam kehidupan sehari-hari.

Momentum Idul Fitri mengajarkan pentingnya menjaga kemurnian hati dan menjalin hubungan baik dengan sesama. Dalam Islam, seorang Muslim dianjurkan untuk saling memaafkan sebelum melaksanakan shalat Id. Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan sejati bukan hanya soal ibadah pribadi, tetapi juga keberhasilan dalam membangun harmoni sosial. Menjalin silaturahmi, memaafkan kesalahan orang lain, serta mempererat ukhuwah Islamiyah menjadi bagian penting dari makna Idul Fitri.

Baca Juga: Makna Sejati Idul Fitri: Kembali ke Fitrah dengan Hati yang Suci

Selain itu, Idul Fitri juga menjadi waktu untuk merenungkan sejauh mana perubahan positif yang telah dicapai selama Ramadan. Seorang Muslim yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya dan meningkatkan ibadahnya seharusnya menjadikan kebiasaan baik tersebut sebagai bagian dari kehidupannya setelah Ramadan. Jika setelah Idul Fitri seseorang kembali kepada kebiasaan buruknya, maka kemenangan yang diraih menjadi semu dan tidak memiliki makna yang hakiki.

Kemenangan hakiki dalam Idul Fitri juga tercermin dalam sikap istiqamah dalam kebaikan. Allah mencintai hamba-Nya yang konsisten dalam beribadah, meskipun sedikit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (H.R. Muslim).

Oleh karena itu, amalan-amalan baik yang telah dilatih selama Ramadan seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, serta berinfak hendaknya tetap dilakukan meskipun Ramadan telah berlalu.

Salah satu bentuk kemenangan sejati adalah meningkatnya ketakwaan setelah Ramadan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183).

Baca Juga: Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam saat Idul Fitri

Jika setelah Idul Fitri seseorang masih berusaha menjauhi dosa dan menjalankan perintah Allah, maka itu adalah bukti bahwa puasanya telah membuahkan hasil yang hakiki.

Idul Fitri juga mengajarkan pentingnya rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan. Kebahagiaan yang dirasakan saat merayakan hari raya seharusnya tidak membuat seseorang lalai dari kewajibannya untuk bersyukur. Bersyukur bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan, seperti berbagi dengan sesama, membantu mereka yang membutuhkan, serta tetap menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.

Di antara bentuk kemenangan yang sesungguhnya adalah meningkatnya rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Selama Ramadan, seorang Muslim diajarkan untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kurang mampu. Setelah Idul Fitri, seharusnya kepedulian ini tidak hilang, tetapi terus berkembang dengan berbagai tindakan nyata seperti menyantuni anak yatim, membantu fakir miskin, serta berkontribusi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat.

Kemenangan hakiki dalam Idul Fitri juga ditandai dengan keberhasilan seseorang dalam membentuk pola hidup yang lebih disiplin dan produktif. Puasa Ramadan melatih seseorang untuk memiliki jadwal yang teratur dalam beribadah, makan, dan bekerja. Kebiasaan baik ini seharusnya tidak ditinggalkan setelah Idul Fitri, tetapi dijadikan sebagai pola hidup yang terus dipertahankan agar seseorang menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala aspek kehidupannya.

Baca Juga: Mudik Lebaran: Tradisi Budaya yang Menyatu dengan Nilai-nilai Islam

Selain itu, Idul Fitri mengajarkan tentang pentingnya membersihkan hati dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, dan kesombongan. Kemenangan yang sejati bukanlah ketika seseorang merasa lebih baik dari yang lain, tetapi ketika ia mampu merendahkan hatinya, mengakui kesalahannya, serta berusaha memperbaiki diri dengan penuh keikhlasan. Dengan hati yang bersih, seseorang akan lebih mudah menerima kebenaran dan menjalani hidup dengan ketenangan.

Idul Fitri juga menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara dan kemenangan yang paling utama adalah ketika seseorang berhasil meraih kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, seorang Muslim harus terus berusaha memperbaiki amal ibadahnya, meningkatkan kualitas keimanannya, serta memperbanyak amal shalih agar ketika ajal menjemput, ia berada dalam keadaan yang diridhai oleh Allah.

Kebahagiaan Idul Fitri seharusnya tidak membuat seseorang terlena dengan euforia duniawi. Justru, kebahagiaan ini harus menjadi pendorong untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Jika setelah Idul Fitri seseorang malah menjadi lalai dan kembali kepada kebiasaan buruknya, maka ia telah menyia-nyiakan kemenangan yang telah diraih selama Ramadan.

Idul Fitri juga memberikan pelajaran tentang pentingnya memperbaiki hubungan keluarga. Ramadan dan Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk merekatkan kembali tali persaudaraan yang mungkin renggang akibat kesibukan atau perbedaan pendapat. Menjaga hubungan baik dengan keluarga merupakan bagian dari ajaran Islam, dan Idul Fitri menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan kasih sayang di antara anggota keluarga.

Baca Juga: Mudik Lebaran, Wujud Cinta dan Bakti pada Orangtua

Pada akhirnya, kemenangan hakiki dalam Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi perubahan nyata dalam kehidupan. Idul Fitri seharusnya menjadi titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Jika seseorang mampu mempertahankan semangat Ramadan dalam kehidupan sehari-hari, maka ia telah meraih kemenangan yang sesungguhnya, yaitu kemenangan dalam menjalani kehidupan yang diridhai oleh Allah. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hakikat Kembali kepada Fitrah: Sebuah Tinjauan Ilmiah dan Syar’i

Rekomendasi untuk Anda