Oleh: Lailatul Mukarromah, Wartawan MINA
Dari Abu Umamah Shudayya bin Ajlan al Bahili RA, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkhutbah saat haji Wada’ (haji perpisahan). Beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Tuhanmu (Allah), tegakkan shalat lima waktumu, berpuasalah di bulanmu (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta-hartamu, dan taatilah para pemimpinmu, niscaya kalian semua akan masuk ke dalam surga Tuhanmu.” HR. Tirmidzi (616), dan Abu Dawud (1955), hadis Hasan Shahih.
Penjelasan Hadits
Hadits ini menjelaskan bahwa mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan segala ibadah wajib seperti shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, dan mengeluarkan zakat merupakan ibadah yang dicintai Allah.
Baca Juga: Aksi Kebaikan, Dompet Dhuafa Lampung Tebar 1445 Makanan Berbuka dan Takjil
Dalam hadits ini, Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengawali perintahnya dengan kalimat “Bertaqwalah kepada Tuhanmu”, maksudnya buatlah benteng pemisah antara dirimu dan murka Allah, dan takutlah kepada-Nya seakan-akan kamu melihat-Nya.
Karena tiga substansi perintah bertaqwa adalah menghindari segala perbuatan yang menimbulkan murka Allah, menimbulkan kerugian terhadap diri sendiri, dan menimbulkan kerugian terhadap orang lain.
Perintah selanjutnya adalah “tegakkan shalat lima waktumu” yaitu kewajiban vertikal kepada Allah sebagai wujud syukur atas segala kebaikan-Nya dengan melaksanakan shalat lima waktu dengan baik dan benar. Baik dalam arti memenuhi aspek kebatinan berupa kekhusyuan, serta benar dengan memenuhi rukun dan syarat sah shalat.
Perintah selanjutnya adalah “berpuasalah di bulanmu (Ramadhan)”, yaitu kewajiban vertikal dan horizontal sebagai upaya penguatan tauhid dan kepedulian sosial. Puasa mampu memadukan dua potensi manusia yaitu potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan yang menjadi bekal utama dalam menjalankan tugas sebagai hamba Allah.
Baca Juga: Masjid Sekayu Semarang Cikal Bakal Pembangunan Masjid Agung Demak
Khususnya pelaksanaan ibadah Ramadhan di tengah pandemi Covid-19, memotivasi kita meningkatkan aspek kepasrahan diri kepada Allah dengan penuh harap agar wabah Covid-19 segera hilang dari negeri Indonesia tercinta, serta meningkatkan rasa kepedulian terhadap masyarakat yang terkena dampak ekonomi dari Covid-19 ini.
Perintah selanjutnya “tunaikanlah zakat”, yaitu kewajiban harta dengan mengeluarkan zakat harta jika telah memenuhi kadar wajib zakat atau nishab. Zakat merupakan hak Allah yang wajib ditunaikan sebagai wujud syukur atas anugerah harta dan keterlibatan orang lain dalam meraih anugerah tersebut. Karena berterima kasih kepada manusia menjadi wasilah bersyukur kepada Allah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Baca Juga: Berkah Ramadhan, Wahdah Tebar Paket Sembako
Umat Islam selayaknya memahami keutamaan atau fadhilah dari setiap ibadah yang Allah perintahkan. Menurut para ulama, pemahaman terhadap keutamaan dalam melaksanakan setiap amal sholih akan menjadi penyemangat sekaligus akan mendorong kepada peningkatan ketaqwaan seseorang.
Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan, dikarenakan bulan ini memiliki beberapa keutamaan atau manfaat seperti berikut ini:
Ramadhan Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman yang artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).
Baca Juga: Riska Gelar Anjangsana Sosial di Rumah Belajar Merah Putih Cilincing
Di ayat lain Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Itu sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Al-Quran).
Bulan Penuh Keberkahan
Bulan ini disebut juga dengan bulan syahrun mubarak. Hal ini adalah berdasarkan pada dalil hadist Nabi Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang artinya: “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipatgandakan pahalanya.
Dan di dalam bulan penuh kemuliaan dan keberkahan ini maka tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun banyak keberkahan lainnya. Puasa ditinjau dari aspek ekonomi, maka Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya. Bagi fakir miskin, Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan dan disunnah untuk berinfaq dan bersedekah di bulan ramadhan kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mereka.
Baca Juga: Masjid Jami’ Aulia Pekalongan Usianya Hampir Empat Abad
Malam Lailatul Qodar
Salah satu kemuliaan bulan Ramadhan adalah dengan hadirnya malam penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-malam terakhir dan ganjil di bulan Ramadhan yaitu malam lailatul qodar. Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan adalah saat diturunkannya Al-Qur’anul Karim.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. (QS. Al-Qadr:1-3).
Bulan Ramadhan Bulan Pengampunan Dosa
Baca Juga: Ini Lima Hikmah Puasa Ramadhan Sebagai Pendidikan Ruhiyah
Allah Ta’ala menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi SAW bersabda yang artinya: ”Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan, menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim).
Melalui berbagai aktivitas ibadah di bulan Ramadhan Allah SWT menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(HR.Bukhari dan Muslim).
Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajud) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “Barangsiapa yang berpuasa melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup
Baca Juga: Tujuh Pesohor Non-Muslim Ini Pandai Baca Al-Quran, bahkan Hafal Sebagian Suratnya
Keberkahan kemuliaan di dalam bulan Ramadhan lainnya adalah bahwa pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Ta’ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan.
Mengingat berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih.
Semoga Ramadhan tahun ini akan lebih baik dalam hal amalan ibadah daripada tahun-tahun sebelumnya. Aamiin. (A/R11/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)