HIDUP modern penuh dengan tuntutan. Pagi dimulai lewat alarm yang membantu membangunkan kita untuk rutinitas pekerjaan atau sekolah. Hari berlalu dengan rapat, deadline, tanggung jawab keluarga, dan begitu banyak hal yang menuntut perhatian. Di tengah kesibukan yang tak ada habisnya ini, seringkali kita lupa merawat satu hal yang paling penting: jiwa kita sendiri.
Merawat jiwa bukan sekadar bersantai atau melarikan diri dari masalah. Ini tentang memberi perhatian pada kebutuhan batin kita, mengenali emosi, dan membangun keseimbangan antara dunia luar dan dunia dalam. Tanpa perawatan yang tepat, tekanan hidup bisa menumpuk menjadi stres, kecemasan, dan rasa lelah yang berkepanjangan.
Salah satu cara sederhana untuk merawat jiwa adalah menghargai waktu untuk diri sendiri. Banyak orang merasa bersalah ketika menyisihkan waktu untuk hal-hal yang mereka nikmati, seperti membaca buku, berjalan di taman, atau sekadar duduk menatap langit. Padahal, kegiatan ini penting untuk menyegarkan pikiran dan menenangkan hati. Memberi ruang bagi diri sendiri tidak membuat kita egois, melainkan lebih siap untuk menghadapi tanggung jawab hidup dengan penuh energi dan ketenangan.
Selain itu, menyadari dan menerima emosi adalah langkah penting merawat jiwa. Tidak jarang kita menekan perasaan sedih, marah, atau kecewa karena merasa harus selalu kuat. Padahal, mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat—misalnya menulis jurnal, berbicara dengan orang terpercaya, atau melalui seni—membantu jiwa untuk “bernapas” dan memproses pengalaman hidup. Mengakui perasaan kita bukan kelemahan, tetapi kekuatan untuk memahami diri sendiri lebih dalam.
Baca Juga: Pemerintah Komitmen Tuntaskan TBC, Fokus pada Pekerja Informal
Di tengah kesibukan, membangun koneksi dengan orang lain juga penting bagi kesehatan jiwa. Interaksi sosial yang positif, baik dengan keluarga, teman, atau komunitas, memberikan rasa diterima, didukung, dan dicintai. Kita tidak bisa selalu berjalan sendiri; mendengarkan dan berbagi pengalaman dengan orang lain adalah salah satu cara terbaik untuk melepas beban batin dan menumbuhkan rasa empati.
Tidak kalah penting adalah menerapkan mindfulness atau kesadaran penuh dalam aktivitas sehari-hari. Seringkali, kita menjalani hidup secara otomatis—makan sambil menatap layar ponsel, bekerja sambil menunda-nunda perasaan, atau berjalan tanpa menyadari lingkungan sekitar. Dengan berlatih mindfulness, kita belajar hadir sepenuhnya di momen sekarang, menghargai setiap detik, dan menenangkan pikiran yang sibuk. Bahkan beberapa menit sehari untuk bernapas dengan sadar atau menikmati secangkir teh bisa memberi efek menenangkan yang luar biasa.
Selain itu, menjaga kesehatan fisik juga berdampak pada kesehatan jiwa. Tubuh yang sehat membantu jiwa tetap stabil menghadapi tekanan hidup. Aktivitas fisik sederhana seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga mampu mengurangi hormon stres, meningkatkan mood, dan memberi energi positif bagi pikiran. Pola makan seimbang dan tidur cukup juga menjadi fondasi penting agar jiwa tetap tangguh menghadapi rutinitas.
Hidup tidak selalu mudah, dan kesibukan seringkali membuat kita merasa terburu-buru. Namun, merawat jiwa adalah investasi jangka panjang yang akan membuat kita lebih bijak, sabar, dan bahagia. Dengan jiwa yang sehat, kita mampu menghadapi tantangan, menjaga hubungan dengan orang lain, dan menemukan makna dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: DPR Minta Pemerintah dan Masyarakat Perkuat Pengendalian Polusi Plastik
Ingatlah, merawat jiwa bukan tentang melarikan diri dari tanggung jawab, tetapi tentang memberi diri kita kesempatan untuk tumbuh, bernapas, dan merasa hidup sepenuhnya. Mulailah dari langkah kecil: luangkan waktu 10 menit untuk diri sendiri, tarik napas dalam-dalam, atau tersenyumlah meski dunia terasa berat. Perlahan, hati akan menjadi lebih ringan, pikiran lebih jernih, dan kehidupan terasa lebih bermakna.
Hidup memang penuh kesibukan, tapi jiwa yang terawat akan selalu menemukan jalan untuk tetap damai dan bahagia. Karena ketika jiwa kita sehat, cara kita melihat dunia, menghadapi masalah, dan menyebarkan kebaikan pun ikut berubah menjadi lebih indah.
Baca Juga: Kemenkes Peringatkan Dampak Mikroplastik pada Air Hujan
















Mina Indonesia
Mina Arabic