Jakarta, 2 Ramadhan 1436/19 Juni 2015 (MINA) – Para relawan Indonesia mendedikasikan dirinya untuk terlibat langsung dalam jihad profesional pembangunan RS Indonesia di Gaza Palestina.
Usaha tak kenal lelah lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) untuk masuk ke Gaza mengirimkan relawan insinyur, menindaklanjuti program pembangunan RS Indonesia yang terus dilakukan.
Demikian dikatakan Anggota Presidium MER-C, Joserial Jurnalis saat Konferensi Pers “Menuju Grand Opening RS Indonesia di Gaza, Palestina” di Gedung MER-C, Jakarta, Jum’at (19/6) sore.
“Pada Juli 2010 Tim MER-C bisa menembus Gaza. Mereka secara sukarela bertugas secara rotasi dan berkesinambungan untuk mengerjakan tahapan demi tahapan pembangunan RS Indonesia,” kata Joserizal.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Bukan waktu yang sebentar dan bukan proses yang mudah untuk melakukan pembangunan di wilayah yang terblokade,” imbuhnya.
Sementara Ketua Presidium MER-C Henry Hidayatullah memaparkan perjalanan MER-C dalam pemangunan RS Indonesia untuk membantu rakyat Palestina.
“Dimulai pada 14 Mei 2011, dengan segala kendala yang dihadapi dan lika-liku panjang proses pembangunan RS Indonesia, akhirnya RS Indonesia selesai dalam waktu 3,5 tahun,” paparnya.
Hal ini, lanjut Henry, menjadi bukti bagi kita bahwa dengan dukungan dan persatuan rakyat Indonesia, baik yang mendedikasikan dirinya menjadi relawan maupun yang menyisihkan rizki-rizkinya, menjadi kekuatan dahsyat yang dapat mewujudkan mimpi yang sebelumnya tak pernah terfikirkan.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Sebuah mimpi yang menjadi nyata,” tegasnya.
Tenaga para relawanIndonesia dari Pondok Pesantren Al-Fatah yang berjumlah 50 orang dari berbagai profesi, menjadi kunci selesainya pembangunan fisik rumah sakit milik rakyat Indonesia itu.
Para pekerja pembangunan RS Indonesia sifatnya adalah “relawan”, bukan tenaga kerja.
Sejak awal pembangunan RS Indonesia, lembaga kemanusian bidang medis MER-C menggunakan tenaga relawan dari jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka bekerja membangun di Gaza selama satu hingga hampir lima tahun tanpa pernah pulang, selama tugasnya belum selesai.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Awalnya, tidak semua tenaga relawan ahli di bidang bangunan, bahkan ada relawan yang hanya bermodal semangat untuk membantu saudara seakidahnya di Gaza.
Kilas Balik Pembangunan RS Indonesia
RS Indonesia, dibangun di wilayah Bayt Lahiya, Gaza Utara, Palestina. Berawal dari agresi Israel pada 2008-2009 lalu, Tim Medis MER-C untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di wilayah terblokade Gaza, Palestina yang selama ini sulit untuk ditembus.
Melihat langsung situasi Gaza yang porak-porandadan banyaknya korban yang membutuhkan pertolongan medis, MER-C menilai perlunya kebutuhan akan sebuah rumah sakit yang khusus menangani korban perang.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Hal itu dibarengi dengan adanya donasi yang cukup besar dari rakyat Indonesia melalui MER-C, semakin mengukuhkan niat untuk dapat memberikan bantuan jangka panjang bagi rakyat Paletina di Gaza, dalam bentuk pembangunan sebuah rumah sakit yang dapat menangani korban-korban perang, yang kemudian diberi nama Rumah Sakit Indonesia (RS Indonesia).
Berbekal donasi awal yang terkumpul dari rakyat Indoensia sebesar 15 miliar rupiah, pada kesempatan yang sama bertemu dengan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza waktu itu, dr Bassim Naim pada Jum’at, 23 Januari 2009, Tim MER-C yang dipimpin dr Joserizal Jurnalis, SpOT menginisiasi pembangunan rumah sakit traumatologi dan rehabilitasi di Gaza.
Niat ini disambut baik oleh Menkes Palestina di Gaza, dan saat pertemuan itu, langsung dibuat dan ditandatangani MoU pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Palestina. (L/P011/R05)
Baca Juga: Israel Bom Sekolah di Gaza, Delapan Warga Syahid
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)