Oleh: Rendy Setiawan, Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor
Hadirnya bulan Ramadhan di tahun 2018 ini tinggal menyisakan beberapa hari saja. Namun kerinduan akan kedatangannya begitu hebat menyapa jiwa orang-orang beriman di manapun berada. Kerinduan terhadap bulan Ramadhan adalah hal yang wajar. Banyak kebaikan yang bisa kita raih di bulan ini.
Saat-saat menanti Ramadhan, tak ubahnya seperti calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Tiada seorangpun di antara kaum Muslimin yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya mereka bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat membara.
Bukti kesenangan akan menemui Ramadhan, maka ia banyak berdoa kepada Allah agar disampaikan kepada bulan penuh berkah ini dalam kondisi sehat wal ‘afiat. Sehingga ia bisa mengisi Ramadhan dengan puasa, salat malam, zikir, tilawah, dan amal-amal shaleh lainnya dengan maksimal.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Sebagian ulama salafush shalih berdoa kepada Allah agar disampaikan kepada Ramadhan. Lalu mereka berdoa agar Allah berkenan menerima amal ibadah mereka. Ma’la bin al-Fadhl berkata: “Mereka (para ulama salaf) berdoa kepada Allah enam bulan sebelumnya agar disampaikan kepada Ramadhan, lalu mereka berdoa selama enam bulan sesudahnya agar diterima ibadah dari mereka.”
Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan penuh keberkahan. Bulan penuh dengan limpahan pahala. Bahkan pahala setiap amalan kebaikan akan dilipatgandakan beberapa kali lipat di bulan Ramadhan.
Allah Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan (bulan puasa) dibanding bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan tersebut, Allah memilihnya sebagai waktu turunnya Al Qur’an yang mulia.” Ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dari bulan lainnya.
Allah Ta’ala pun telah mewajibkan puasa Ramadhan. Ini berarti puasa Ramadhan lebih utama dari puasa lainnya yang dihukumi sunnah. Dan amalan wajib tentu saja harus lebih didahulukan daripada amalan sunnah.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam masih hidup, beliau pernah menganjurkan umatnya agar mempersiapkan diri menyambut kedatangan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah, terutama ibadah puasa sunnah. Hal ini sebagai persiapan mental sekaligus fisik untuk menghadapi bulan yang disucikan itu.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Pada saat akhir bulan Sya’ban para sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan Ramadhan. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk saling meminta maaf di antara mereka. Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana Ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.
Adapun tentang ceramah yang diselenggarakan khusus untuk menyambut Ramadhan, Rasulullah telah memberikan contohnya. Pada saat itu sangat tepat jika disampaikan tentang segala hal yang berkait langsung dengan Ramadhan. Mulai dari janji-janji Allah terhadap mereka yang bersungguh-sungguh menjalani ibadah Ramadhan, amalan-amalan yang harus dan sunnah dikerjakan selama Ramadhan, sampai tentang tata cara menjalankan seluruh rangkaian ibadah tersebut. (A/R06/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)