Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Setiap manusia memiliki jalannya masing-masing, lengkap dengan liku dan rintangannya. Dalam menjalani hidup, kita sering dihadapkan pada dua situasi: merintis dan merintih. Merintis adalah usaha yang kita lakukan untuk mencapai sesuatu, sementara merintih adalah ekspresi kelelahan dan keluhan yang tak jarang muncul saat menghadapi kesulitan.
Merintis adalah bukti kesungguhan kita dalam meraih impian. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Ayat ini mengajarkan bahwa usaha dan tekad adalah syarat untuk meraih perubahan dan kemajuan. Tidak ada kemajuan tanpa dimulai dari usaha. Langkah awal, meskipun berat, adalah fondasi dari setiap impian yang ingin kita bangun.
Di sisi lain, merintih adalah reaksi wajar manusia saat menghadapi cobaan. Namun, Islam mengajarkan bahwa di balik setiap kesulitan ada kemudahan. Allah Ta’ala berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6). Ayat ini bukan hanya janji, tetapi juga pengingat agar kita tidak terlarut dalam kesedihan. Setiap rintihan seharusnya mengingatkan kita bahwa kemudahan pasti akan datang bagi yang bersabar dan bertawakkal.
Proses merintis memerlukan kesabaran luar biasa. Kesabaran adalah sifat mulia yang sangat ditekankan dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman, “Dan bersabarlah; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46). Dengan kesabaran, kita mampu melangkah maju meski perlahan, yakin bahwa Allah bersama kita. Kesabaran memberikan kekuatan batin yang membawa kita melewati rintangan demi rintangan.
Baca Juga: Miskin Tapi Kaya
Merintis impian sering kali berarti harus berjalan sendiri. Kadang, di awal perjalanan, kita tak mendapat dukungan dari siapa pun. Namun, inilah ujian sesungguhnya bagi iman dan tekad kita. Allah dalam Surat Ath-Thalaq ayat 2-3 berfirman, “Siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Di samping itu, ada hadis dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad, berbunyi, “Siapa bertakwa kepada Allah, Dia akan mencukupi kebutuhannya.” (HR. Tirmidzi, No. 2344; Ahmad, No. 20746). Dengan keyakinan ini, kita dapat terus melangkah tanpa merasa sendirian karena Allah selalu bersama hamba-Nya yang berjuang.
Saat merintih, kita diingatkan untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah. Seperti Nabi Yunus AS yang berdoa di dalam perut ikan, “La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzolimin.” (QS. Al-Anbiya: 87). Doa ini mengajarkan kita untuk merendahkan diri di hadapan Allah, terutama saat berada dalam situasi sulit.
Merintis dan merintih juga membentuk keikhlasan dalam hati kita. Setiap usaha dan kesabaran yang kita lakukan seharusnya ikhlas karena Allah. Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5). Dengan keikhlasan, setiap beban terasa lebih ringan, karena yang kita cari adalah ridha Allah, bukan pengakuan manusia.
Baca Juga: Sebanyak 35 Dosen Kolaborasi Tingkatkan UMKM
Bagi mereka yang bersabar dalam merintis dan tetap berdoa, Allah menjanjikan pahala yang besar. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10). Ayat ini memberi harapan bahwa setiap usaha kita tidak akan sia-sia, dan bahkan akan berbuah lebih besar dari yang kita bayangkan.
Dalam proses merintis, kegagalan mungkin terjadi. Tetapi, kegagalan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan sebuah pelajaran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallalm bersabda, “Orang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan diri ketika marah.” Hadis ini mengajarkan bahwa kekuatan sejati adalah kemampuan untuk bangkit dari kegagalan dan terus berusaha.
Setiap rintihan yang keluar dari hati kita sebaiknya diiringi dengan doa dan tawakal. Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Asy-Syu’ara: 217). Tawakal memberikan ketenangan hati dan keyakinan bahwa apa pun hasilnya, semua adalah bagian dari rencana terbaik Allah.
Merintis dan merintih adalah bagian dari perjalanan hidup manusia. Keduanya menguatkan jiwa dan mendekatkan kita pada Allah. Semoga kita menjadi orang-orang yang bisa merintis jalan dengan kesabaran dan tidak larut dalam keluhan. Biarlah setiap langkah menjadi amal yang mendekatkan kita kepada keridhaan-Nya, karena pada akhirnya, semua rintisan dan rintihan ini akan membawa kita pada cahaya kemenangan yang telah Allah janjikan.[]
Baca Juga: Produk Nelayan Binaan Muhammadiyah Ikut Festival Ekonomi Syariah 2024
Mi’raj News Agency (MINA)