“Kami sepakat akan segera memulai pada konsultasi di tingkat teknis dan politik,” kata Menteri Luar Negeri Mesir, Muhamad Kamel Amr kepada wartawan setelah pertemuan dengan mitra Ethiopia, Tedros Adhanom di Addis Ababa, Selasa (18/6), Al Jazeera melaporkan sebagaimana dipantau kantor berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Kedua negara sempat memanas setelah Ethiopia mulai mengalihkan aliran sungai Nil Biru merupakan anak sungai Nil yang berasal dari Danau Tana, Ethiopia pada bulan lalu untuk pembangunan 6.000 megawatt pembangkit listrik tenaga air bernama bendungan Renaissance Baru.
Sebelumnya, Presiden Mesir Muhamad Mursi mengatakan, semua pilihan terbuka terkait pembangunan bendungan itu, karena kekhawatiran Mesir dan juga negara-negara lain yang berada di hilir.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Hal itu akan berdampak pada pembagian air yang berkurang jika bendungan dibangun tanpa pembicaraan dan pertimbangan efek bagi negara-negara yang menggunakan sungai tersebut sebagai satu-satunya sumber air.
Kedua petinggi negara, Amr dan Tedros sama-sama mengatakan, hubungan antara kedua negara akan tetap terjalin dan mereka terus memantau dampak dari bendungan.
“Ethiopia tidak memiliki niat merugikan dalam kebutuhan air bagi Mesir dan Sudan,” kata Amr meyakinkan, sebagaimana dikutip Daily News Egypt.
Perdana Menteri Mesir, Hisham Qandil mengatakan, komisi tiga pihak (tripartite) yang bertanggung jawab meninjau proyek bendungan Renaissance tidak menerima laporan yang memadai dari Ethiopia guna memastikan bendungan tidak akan merusak pembagian air Mesir.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Setelah pertemuan itu disepakati akan ada pertemuan lanjutan tripartite dalam beberapa hari ke depan untuk membahas langkah nyata yang bisa diambil berdasarkan pertimbangan tenaga ahli Ahli Panel Internasional (IPoE) mengenai efek bendungan.
Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia yang mengalir sepanjang 6.700 kilometer melalui sepuluh negara di timur laut Afrika, termasuk Mesir, Sudan, Sudan selatan, Rwanda, Burundi, Republik Demokratik Kongo (DRC), Tanzania, Kenya, Uganda, Ethiopia, dan Eritrea.
Menurut Institut Perencanaan Nasional Mesir, Mesir memerlukan tambahan 21 miliar meter kubik air per 2050, di atas penjatahan tahunan saat ini hanya 55 miliar meter kubik, untuk memenuhi kebutuhan populasi yang diperkirakan mencapai 150 juta di tahun-tahun mendatang.(T/P03/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah