Mesir Minta Israel Hentikan Pembatasan bagi Jamaah Muslim di Al-Aqsha

Jamaah Muslim Palestina terpaksa melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di luar gerbang Masjid , Selasa 18 Juli 2017.(Foto: Syehab)

Kairo, MINA – Pemerintah pada hari Rabu (19/07/2017) memperingatkan akan bahaya peningkatan kekerasan di Masjid Al-Aqsha yang menyebabkan banyak warga Palestina terluka, demikian Kantor Berita Palestina WAFA melaporkannya.

Kementerian Luar Negeri Mesir meminta Israel untuk menghentikan kekerasan tersebut, menghormati kebebasan beribadah serta memberi hak kepada penduduk Palestina untuk menjalankan ritual keagamaan mereka secara bebas dan aman.

Mesir juga mendesak Israel untuk tidak mengambil tindakan lebih lanjut yang akan mengobarkan konflik tersebut, membangkitkan perasaan keagamaan dan meningkatkan ketegangan di antara rakyat Palestina.

“Hal ini dapat melemahkan peluang untuk perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara,” bunyi pernyataan.

Pasukan Israel membuka kembali kompleks suci tersebut pada hari Ahad (16/07/2017) untuk penggunaan ibadah shalat bagi jamaah Muslim setelah penutupan dua hari. Masjid tersebut ditutup pada hari Jumat pagi pekan kemarin setelah sebuah baku tembak yang menewaskan tiga orang Palestina dan dua polisi Israel.

Otoritas Pendudukan Israel telah mendirikan pintu detektor logam di gerbang masuk kompleks Al-Aqsha, sebuah tindakan yang sebagian besar ditolak oleh rakyat Palestina.

Tindakan Israel baru-baru ini telah memicu protes di antara rakyat Palestina di Al-Quds Timur yang disambut dengan kekerasan oleh pasukan Israel.

Dewan Wakaf Islam, badan yang bertanggung jawab atas Masjid Al-Aqsha, meminta masjid-masjid di Al-Quds Timur untuk tidak melakukan sholat Jum’at di masjid-masjid mereka dan mengarahkan jamaah untuk terus melaksanakan ibadah sholat di tempat terdekat dengan Masjid Al-Aqsha.

Keputusan itu sebagai aksi protes menentang pelanggaran dna penodaan Israel di situs tersuci ketiga dalam Islam tersebut. (T/R01/RS2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)