Kairo, 13 Muharram1438/14 Oktober 2016 (MINA) – Angkatan bersenjata Mesir akan menggelar latihan militer bersama dengan militer Rusia di tanah ‘Negeri Piramida’ untuk pertama kalinya, dari 15-26 Oktober.
Kairo tampaknya sedang membangun hubungan hangat dengan Moskow dan menjauhkan diri dari upaya koalisi yang dipimpin Arab Saudi untuk menggulingkan rezim Suriah.
Beberapa hari lalu, Mesir secara mengejutkan mendukung resolusi Rusia di Dewan Keamanan PBB terkait Suriah dan menolak menyokong resolusi alternatif yang diajukan Perancis yang menuntut diakhirinya serangan udara di Aleppo.
Langkah ‘Negeri para Firaun’ itu sontak dikecam oleh negara-negara monarki Teluk, terutama Riyadh.
Baca Juga: Tiongkok Harapkan Gencatan Senjata Permanen di Gaza
“Latihan militer gabungan Rusia-Mesir akan berlangsung pada pertengahan Oktober di wilayah Mesir,” kata pejabat militer dari kedua negara seperti dilaporkan Russia Beyond The Headlines dan Middle East Eye yang dikutip MINA, Jumat (14/11).
Latihan militer dengan nama sandi “Pelindung Persahabatan-2016” itu akan melibatkan 500 tentara, 15 pesawat dan helikopter, dan 10 unit perangkat keras militer. Kementerian Pertahanan menggambarkan latihan ini sebagai ‘antiteroris’.
“Pengiriman udara dengan parasut kendaraan tempur pasukan udara Rusia ke iklim gurun Mesir akan berlangsung untuk pertama kalinya dalam sejarah,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Tahun lalu Rusia dan Mesir mengadakan latihan angkatan laut gabungan pertama mereka di kawasan Mediterania, termasuk melibatkan armada Laut Hitam kapal penjelajah rudal Moskva.
Baca Juga: Ribuan Warga AS Gelar Aksi Demo Jelang Pelantikan Trump
Para ahli meyakini latihan militer gabungan antiteroris di lingkungan gurun tersebut adalah sebuah demonstrasi kemampuan pasukan reaksi cepat Rusia di tengah konflik yang sedang berlangsung di Suriah.
Selain itu, pakar memandang latihan militer gabungan Mesir-Rusia kali ini sebagai bukti bahwa Kairo, dalam konteks memburuknya situasi, mengandalkan diri tidak hanya pada Amerika Serikat, tetapi juga bisa meminta dukungan dari Moskow. (P022/R01)
MINA
Baca Juga: Paus Fransiskus Sebut Rencana Deportasi Imigran oleh Trump Sebagai Aib Besar Bagi Kemanusiaan