Ramallah, 1 Syawal 1434/8 Agustus 2013 (MINA) – Pemerintah Hamas pada hari Kamis (8/8) mengatakan bahwa Mesir telah menutup perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza di kedua arah selama empat hari.
Maher Abu Sabheh, Kepala Kementerian Dalam Negeri Direktorat Penyeberangan, mengatakan bahwa pihak Mesir memberitahu kami akan menutup perbatasan untuk liburan Idul Fitri dan kembali dibuka pada Ahad (11/8), untuk memungkinkan warga Palestina yang ada di Mesir kembali dan untuk orang lain meninggalkan Jalur Gaza.
Abu Sabheh menambahkan bahwa pasien yang dipindahkan ke rumah sakit Mesir, orang asing, warga negara Mesir dan kasus kemanusiaan, akan diizinkan untuk bepergian ke luar negeri selama penutupan empat hari.
Perbatasan Rafah adalah satu-satunya pintu gerbang ke dunia untuk sekitar 1,7 juta warga Palestina, Saudi Gazette melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Dia menambahkan bahwa perbatasan Rafah dibuka kembali sebagian sejak awal Juli dengan pembatasan yang ketat. Pejabat itu mengatakan bahwa pemerintah Mesir hanya mengizinkan 150 orang masuk ke Jalur Gaza.
Pihak berwenang Mesir menutup penyeberangan pada bulan lalu menyusul serangan terhadap pasukan keamanan Mesir di Sinai Utara yang menewaskan sedikitnya satu tentara Mesir.
Pemerintah Hamas yang merebut kendali atas Jalur Gaza dari pasukan yang setia kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada tahun 2007, mensponsori ratusan terowongan sepanjang rute Salah Eddin di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir yang digunakan untuk menyalurkan alat berat, orang-orang dari Gaza serta makanan dan bahan bakar untuk mengatasi blokade Israel di Gaza.
Abbas mengatakan belum lama ini bahwa ada sekitar 800 milyuner dan 1.600 jutawan mengendalikan terowongan.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Israel memberlakukan blokade ekonomi terhadap Jalur Gaza pada bulan Juni 2006 ketika Hamas menculik tentara Israel Gilad Shalit dalam serangan lintas perbatasan di dekat wilayah itu.
Israel memperketat pengepungan pada bulan Juni 2007, ketika Hamas mengusir pasukan keamanan Abbas dan gerakan Fatah yang digulingkan di daerah tersebut.
Palestina dan para pendukung mereka mengatakan blokade adalah hukuman kolektif ilegal.
Di bawah tekanan internasional yang berat, Israel melonggarkan blokade pada tahun 2010 setelah serangan angkatan laut Israel menewaskan sembilan aktivis Turki di atas kapal Mavi Marmara, kapal Gaza.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Israel dan Barat menganggap Hamas sebagai gerakan teroris. Kuartet, yang terdiri dari Amerika Serikat, Uni Eropa, PBB dan Rusia, telah meminta Hamas untuk mengakui Israel, menerima tawaran perdamaian dan meninggalkan kekerasan dalam pertukaran untuk pengakuan internasional. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza