Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan kaum Muslimin di dalam ayat-Nya:
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْر
Artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.” (QS Al-Baqarah/2: 120).
Ayat ini menunjukkan pengingkaran orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap seruan Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai Nabi terakhir. Mereka tidak akan berhenti melakukan tindakan memusuhi itu sebelum Nabi Muhammad dan pengikutnya mengikuti agama yang mereka anut, yaitu Yahudi dan Nasrani yang ajaran-ajarannya sudah banyak diubah-ubah oleh kalangan mereka.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Prof. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, kata “lan” di dalam ayat itu berarti tidak akan pernah untuk selama-lamanya. Ayat ini bukanlah ayat yang mengajarkan untuk membenci orang-orang Yahudi dan Nasrani. Melainkan agar umat Islam menjalankan hidup dengan penuh kewaspadaan dan dengan mata terbuka.
Ayat ini adalah sebuah ayat tentang realita yang tidak akan pernah berubah hingga hari kiamat. Konten ayat ini juga sangat masuk akal apabila kita mau merenungi lebih dalam.
Di dalam tafsir Al-Misbah, Prof. Qurais Shihab, juga menekankan, pada ayat tersebut menggunakan kata “lan” terhadap orang Yahudi, dan kata “la” terhadap orang Nasrani. Di sini dikatakan, tidak rela orang Yahudi digambarkan dengan “lan”, artinya selama-lamanya. Sedangkan orang Nasrani menggunakan kata “la” maknanya tidak selamanya.
Karena itu hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap sikap, seruan dan ajakan mereka, dan janganlah ragu-ragu mengikuti petunjuk Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya. Bukan petunjuk yang berasal dari keinginan dan hawa nafsu manusia, terutama keinginan dan hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Orang-orang Yahudi dan Nasrani melakukan tindakan-tindakan itu, setelah pengetahuan datang pada mereka tentang agama yang diridhai Allah dan ajaran-ajaran agama Islam.
Di dalam Tafsir Al-Quran Kementerian Agama RI dikatakan, secara lahiriah, ayat ini langsung ditujukan kepada Nabi Muhammad, berupa peringatan yang keras seandainya Nabi mengikuti kemauan mereka. Padahal Nabi telah dijamin terpelihara dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.
Para Mufassir Al-Quran juga menjelaskan, ayat tersebut berlaku juga bagi umat Nabi Muhammad. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat yang seperti itu yang lahirnya ditujukan kepada Nabi, tetapi yang dimaksud ialah umat Muhammad. Dalam hal ini, Allah memperingatkan dengan ayat ini agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap sikap dan ajakan Yahudi dan Nasrani.
Karena itu hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap sikap dan ajakan Ahli Kitab, dan jangan ragu-ragu mengikuti petunjuk Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya. Bukan petunjuk yang berasal dari keinginan dan hawa nafsu manusia, terutama keinginan dan hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Kalimat “sebelum engkau mengikuti agama mereka”, bermakna juga sampai umat Islam mengikuti jalan atau pemikiran mereka. Ini seperti dijelaskan oleh Imam al-Baghawi.
Begitulah, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha sampai kaum Muslimin mengikuti ajaran mereka. Mereka akan terus mengajak untuk mengikuti ajaran yang mereka anggap itu sebagai petunjuk kehidupan.
Kita kaum Muslimin diminta untuk menjawab dan memegang prinsip, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Itulah petunjuk Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan itulah petunjuk yang sebenarnya.
Jangan sampai kita mengikuti atau ikut-ikutan ajaran dan pemikiran Yahudi dan Nasrani, yang hanyalah mengikuti hawa nafsu semata. Sebab, jika orang Muslim sampai memenuhi ajakan mereka, maka tidak akan ada baginya pelindung dan penolong dari Allah.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Wallahu a’lam bish-shawwab. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)