Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mewaspadai Dunia Digital, Medan Bebas Tanpa Kontrol

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 41 detik yang lalu

41 detik yang lalu

0 Views

Mewaspadai fitnah medsos yang sulit dikontrol (foto: ig)

DI ERA yang serba digital ini, dunia seolah ada dalam genggaman. Sekali klik, informasi dari seluruh penjuru dunia bisa diakses. Dunia digital telah menjadi ladang subur untuk belajar, berbisnis, bersosialisasi, hingga mengekspresikan diri. Namun di balik kecanggihan itu, ada medan luas yang tak selalu ramah. Dunia digital bisa menjadi medan bebas tanpa pagar, tanpa polisi, tanpa aturan jelas yang benar-benar ditaati. Siapa pun bisa bicara, menuduh, memamerkan, atau mempengaruhi—tanpa batas, tanpa filter.

Sebagai manusia yang hidup di zaman ini, kita tak bisa menolak kehadiran teknologi. Namun, yang perlu kita sadari adalah bahwa teknologi ibarat pisau bermata dua. Ia bisa menyelamatkan, bisa juga melukai. Sayangnya, tidak semua orang paham bagaimana menggunakannya secara bijak. Anak-anak yang masih polos, remaja yang sedang mencari jati diri, orang dewasa yang lengah, bahkan orang tua pun tak luput dari jebakan dunia digital.

Di media sosial, misalnya, siapa pun bisa menjadi “ahli”, menyebarkan opini seolah-olah fakta. Berita palsu (hoaks) menyebar lebih cepat daripada klarifikasi. Fitnah bisa viral dalam hitungan detik. Ujaran kebencian mudah menjalar dan membakar emosi. Tanpa disadari, jari-jemari kita bisa menjadi penyambung dosa berjamaah. Di dunia nyata, satu kata salah bisa diperbaiki langsung. Tapi di dunia digital, satu kalimat bisa diabadikan, disebarluaskan, dan melukai banyak hati, bahkan merusak reputasi seumur hidup.

Lebih dari itu, dunia digital juga menjadi tempat di mana aurat diumbar, privasi dijual murah, dan harga diri ditukar dengan like dan komentar. Banyak yang merasa harus “eksis” agar dianggap ada. Padahal, eksistensi bukan soal tampilan, tapi kualitas diri. Banyak yang rela mengikuti tren meski bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama. Dalam diam, kita mulai tergelincir dari prinsip dan lupa pada batasan yang seharusnya dijaga.

Baca Juga: STAI Al-Fatah Resmi Buka Program Studi Ekonomi Syariah

Sungguh, dunia digital ini seperti samudra luas yang tenang di permukaan, tapi menyimpan gelombang bahaya di kedalaman. Siapa pun bisa terseret arus jika tidak waspada. Maka, diperlukan benteng yang kokoh di dalam diri: benteng iman, akal sehat, dan kesadaran diri. Kita harus membekali diri dengan ilmu, adab, dan kontrol diri. Jangan biarkan dunia digital menjadi penjara yang membelenggu hati dan pikiran kita.

Bagi para orang tua, pendidik, dan tokoh masyarakat, peran kita sangat penting untuk memberikan bimbingan. Jangan biarkan anak-anak tumbuh tanpa arah di dunia digital. Jangan pula membiarkan generasi muda belajar dari konten-konten tanpa nilai. Kita harus hadir, mendampingi, mengarahkan, dan memberi teladan.

Untuk diri kita sendiri, mari bertanya: apakah kita sudah menggunakan media digital untuk kebaikan? Apakah unggahan kita membawa manfaat? Apakah komentar kita menyejukkan atau malah memprovokasi? Apakah waktu kita di layar lebih banyak untuk menebar inspirasi atau sekadar menghibur diri tanpa makna?

Waspadalah. Karena di dunia digital, jejak digital kita bisa menjadi saksi amal. Setiap kata, setiap gambar, setiap video yang kita sebarkan akan kembali kepada kita, cepat atau lambat. Maka bijaklah dalam berselancar di dunia maya. Jadikan teknologi sebagai alat untuk meraih pahala, bukan sumber dosa yang terus bertambah.

Baca Juga: Media Sosial, Ladang Dakwah atau Ladang Eksistensi?

Mari kita kendalikan jempol kita sebelum jempol itu mengendalikan kita. Mari kita jaga hati agar tak hanyut oleh sensasi dunia semu. Dan mari kita kembalikan dunia digital ke jalur kebaikan—tempat di mana ilmu, inspirasi, dan nilai-nilai mulia bisa tumbuh dan menyebar.

Dunia digital adalah alat, bukan tujuan. Jangan sampai kita terlena, lalu tersesat. Tetap waspada, tetap terjaga, agar hidup kita di dunia nyata dan dunia maya tetap bernilai, penuh berkah, dan diridhai oleh Allah SWT.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Mau Sukses Instant? Pikirkan Ulang dan Persiapkan Diri!

Rekomendasi untuk Anda

MINA Edu
Khadijah
MINA Edu
MINA Edu