Oleh Hasbi Mochammad, Aktivis Syubban Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Jawa Barat
SEBUAH parasit dapat menjamur ke dalam tubuh kaum Muslimin di era modern atau abad 21 ini. Hal ini dapat menyebabkan kaum Muslimin kadang menjadi objek penderita, termasuk penjajahan.
Parasit yang dimaksud ialah sifat Bani israel yang dirasa sudah menjadi role model, karakter, watak bahkan tujuan hidup kaum muslimin. Miris dan sedih memang, namun ini harus menjadi bahan renungan bagi kita semua, untuk sama-sama kembali kepada fitrah dan khittah kita selaku kaum Muslimin sebagai umat yang terbaik.
Baca Juga: Global Sumud Flotilla, Napak Tilas Perjuangan Sahabat Bebaskan Masjidil Aqsa
Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 110).
Ayat ini mengandung pengertian bahwa umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam itu sebaik-baik umat dan manusia paling bermanfaat.
Baca Juga: Nabi Musa Pembebas Bani Israil, Menuju Tanah yang Disucikan
Lalu apa saja parasit Bani Israel itu yang harus kita kita waspadai? Berikut beberapa di antaranya:
- Sifat Materialis
Allah berfirman:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Baqarah: 96).
Baca Juga: 5 Keutamaan Membaca Shalawat Atas Nabi
Ayat ini menyinggung sifat serakah kepada kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan yang remeh dan waktunya sangat singkat.
Adapun yang menjadikan orang-orang Yahudi begitu serakah adalah karena mereka mengetahui di akhirat nanti mereka akan mendapatkan azab. Mereka ingin agar dapat hidup seribu tahun. Padahal umur yang panjang itu tidak dapat menyelamatkan mereka dari api neraka.
Sayyid Quthb di dalam Tafsir fii Dziilalil Quran menjelaskan, mentalitas Bani Israel yaitu mentalitas yang digambarkan oleh Al-Quran dengan nada merendahkan, meremehkan, dan menghinakan.
Mentalitas Bani Israel pada masa dulu, sekarang, dan yang akan datang adalah sama. Mereka tidak akan mengangkat kepalanya kecuali kalau tidak dipukul. Kalau mereka mendapat pukulan niscaya mereka akan menundukkan kepala, sayu wajahnya karena takut, namun tetap materialistis dan berambisi terhadap kehidupan yang bagaimanapun.
Baca Juga: Kesombongan yang Menyamar Jadi Kebaikan
Pada intinya Bani Israel sangat menginginkan kehidupan di dunia beratus-ratus tahun, ini disebabkan karena kecondongan mereka pada dunia dan ambisinya dalam mengejar dunia, atau sangat materialsitis.
Lalu kalau kaum Muslimin di abad inipun latah terhadap apa yang dilakukan oleh Bani Israel, tubuh kaum Muslimin akan menjadi begitu rapuh disebabkan lebih memilih harta dunia daripada kepentingan akhirat. Segalanya memang perlu harta, tapi harta bukan segalanya.
Sifat materialisme Bani Israel kini hampir bercokol di sebagian kaum Muslimin, bahkan ada beberapa kaum muslimin yang sering menggadaikan aqidahnya untuk kepentingan perutnya. Bagaimana ada di antara kaum muslimin lebih memilih beriman karena perutnya terisi penuh oleh makanan, ketimbang beriman disertai dengan daya juang nya untuk peradaban Islam.
Inilah bibit-bibit parasit materialisme, yang sudah sepatutnya kita sadari.
Baca Juga: Menempatkan Seseorang Sesuai Bidangnya
- Sifat Sombong
Allah berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا۟ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ نُؤْمِنُ بِمَآ أُنزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَآءَهُۥ وَهُوَ ٱلْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ ۗ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنۢبِيَآءَ ٱللَّهِ مِن قَبْلُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al-quran yang diturunkan Allah,” mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al-quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?” (Q.S. Al-Baqarah: 91)
Kalimat dalam potongan ayat ini meskipun diturunkan kepada orang-orang Yahudi di zaman Rasulullah akan tetapi yang dimaksud adalah para pendahulu mereka. Namun karena orang-orang Yahudi di zaman Rasulullah meridhai apa yang dilakukan oleh pendahulu mereka maka mereka serupa dengan pendahulu mereka. Sehingga perbuatan para pendahulu ini dinisbatkan kepada orang-orang Yahudi di zaman Rasulullah karena mereka meniti jalan yang sama dengan pendahulu mereka dalam mendustakan dan memusuhi Rasulullah.
Baca Juga: Al-Aqsa Episentrum Peradaban Umat Islam
Ada sebuah kaidah dalam Ilmu Balaghah yaitu Istifham Inkari, yaitu pertanyaan yang tidak harus dijawab, tapi harus direnungi. Pertanyaan itu bisa karena sebuah celaan atau sindiran. Seperti pada ayat tersebut, “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?”
Sebuah sindiran dan celaan dari Allah terhadap sifat Bani Israel, yang mengaku beriman kepada Kitab Taurat padahal itu hanya omong kosong belaka. Mereka hanya menutupi hawa nafsu, kecongkakan, kesombongan, dan menolak Nabi Muhammad ketika diutus menjadi nabi.
Maka, jika kita diajak shalat lima waktu kemudian mengemukakan banyak alasan, berarti kita telah terjangkiti parasit Bani Israil, yaitu congkak dan sombong, tidak butuh Allah dalam hidupnya. Na’udzubillah.
- Sifat Kufur Nikmat
Allah berfirman:
Baca Juga: 3 Warisan Nabi Adam untuk Menghidupkan Iman dan Perjuangan
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(Q.S. Ibrahim : 7).
Kita mungkin ketika mengalami suatu kesulitan, kita menganggap bahwa itu bukan sebuah nikmat, padahal kesulitan, juga kelapangan hidup itu semuanya adalah nikmat yang harus disyukuri, ujian yang harus di sabari.
Kita lihat bagaimana sifat kufur nikmatnya Bani Israel terhadap seluruh nikmat Allah, yang menjadikan mereka diadzab, bahkan di laknat hingga saat ini.
Baca Juga: Sam’i wa Thaat: Kultur Mulia dalam Kehidupan Al-Jama’ah
Oleh karena itu kita selaku kaum muslimin harus kembali kepada khittah awal untuk senantiasa bersyukur dengan apa yang diberi oleh Allah, rasa nikmat atau bahkan musibah yang dihadapi.
- Berlagak seperti korban (playing victim)
Firman Allah:
وَمَن يَكْسِبْ خَطِيٓـَٔةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِۦ بَرِيٓـًٔا فَقَدِ ٱحْتَمَلَ بُهْتَٰنًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.” (Q.S. An-Nisa: 112).
Baca Juga: Menemukan Makna Hidup di Usia Senja
Asbabun nuzul ayat ini berkaitan dengan tuduhan orang Yahudi terhadap para sahabat.
Di dalam Tafsir fii Dzilalil Quran, Sayyid Quthb menjelaskan, ayat ini mengingatkan tentang dosa berbuat kebohongan, dengan menuduhkan kesalahan atau dosa itu kepada orang yang tidak bersalah.
- Rasisme
Firman Allah
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ هَادُوٓا۟ إِن زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَآءُ لِلَّهِ مِن دُونِ ٱلنَّاسِ فَتَمَنَّوُا۟ ٱلْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Baca Juga: Khutbah Gerhana Bulan: Memperkuat Kesatuan Umat dan Bangsa, serta Doakan Palestina
Artinya: Katakanlah: “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Jumu’ah: 6).
Ayat ini diturunkan karena orang-orang Yahudi mengaku lebih mulia daripada manusia lainnya, dan mengaku sebagai para kekasih Allah dan anak-anak-Nya. maka Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengatakan kepada mereka hal ini untuk membantah pengakuan mereka yang batil ini.
Pada zaman dahulu kaum Yahudi Bani Isaril berfikir, yang juga dilanjutkan pemikirannya pada saat ini, yaitu mereka mengkalim sebagai bangsa pilihan Allah. Mereka sajalah hamba-hamba kesayangan Allah. Sedangkan orang-orang lain mereka sebut sebagai bangsa binatang (goyim) dan bangsa asing (umami).
Marilah kita sebagai kaum Muslimin, terutama generasi mudanya, semakin menyadari, lalu bangkit dari keterpurukan akibat parasit Yahudi Bani Israil tersebut.
Cara agar kita bangkit dari parasit Bani Israel tersebut adalah dengan cara membina diri sendiri, orang lain, dan masyarakat sekitar akan bahaya parasit sifat-sifat tersebut tersebut. []
Mi’raj News Agency (MINA)