Mewujudkan Persatuan Melalui Momentum Idul Fitri

Widi Kusnadi (foto: pribadi)

Oleh Widi Kusandi, wartawan MINA

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat al-Hujurat ayat 10:

  إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (الحجرات [٤٩]: ١٠)

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat [49]: 10).

Imam Asy-Syaukani Rahimahullah, dalam “Tafsir Fathul Qadir” menjelaskan, bahwa ayat di atas menjadi penegasan pentingnya hidup damai yang dititikberatkan pada pondasi keimanan. Jika pun ada perselisihan, maka harus dicari solusi terbaik untuk mendamaikan keduanya. Jangan sampai ada pertengkaran, permusuhan dan peperangan sehingga terjadi pembunuhan.

Sementara, Imam Fahruddin Ar-Razi Rahimahullah dalam “Tafsir Mafatihul Ghaib” memberikan penjelasan bahwa ayat di atas, bahwa yang paling utama dalam hidup bermasyarakat adalah persaudaraan, serta menghindari segala bentuk permusuhan. Sebab awal mula dari fitnah dan tidak saling memahami perbedaan.

Dalam konteks keindonesiaan, momentum hari raya bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya. Setelah sebulan lamanya menunaikan ibadah di bulan Ramadhan, pada hari ini (Idul Fitri) kita semua merayakannya dengan bersilaturahim kepada sanak keluarga dan handai taulan di kampung halaman.

Jika pada bulan Ramadhan, Allah Ta’ala menjanjikan ampunan kepada hamba-hambanya yang beriman dan menuniakan ibadah puasa, maka pada hari raya Idul Fitri ini, mari kita sempurnakan dengan saling memaafkan dan bersilaturahim, berkomitman menjalin hubungan yang harmonis antar sesama anggota masyarakat.

Idul Fitri tidaklah sekadar dimaknai secara harfiah, yaitu kembali ke fitrah, namun dapat dimaknai secara hakikat, yakni menjadi titik pangkal untuk menjalani hidup yang lebih baik, berbasis pada silaturahim dan saling memaafkan, sehingga terwujud dan kesatuan.

Semangat saling memaafkan juga mengandung arti tekad untuk memperbaharui kehidupan menuju ke arah yang lebih baik, lebih harmonis, dan semangat saling memberi kontribusi positif bagi kehidupan mendatang.

Dengan sikap memaafkan itu, seseorang akan dapat menerima realita, memahami keadaan saudaranya. Selain itu, mereka juga terdorong untuk membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya.

Perbedaan pendapat, pandangan, sikap dan pilihan politik akan mampu dikikis seiring dengan semangat memaafkan, melakukan kunjungan, bersilaturahim melihat keadaan saudara dan rekan-rekan di tempat mereka tinggal.

Idul Fitri juga menjadi energi tersendiri bagi umat Islam dan bangsa Indonesia untuk kembali bersilaturahmi, saling bertemu dalam balutan kasih sayang kasih sayang dan keinginan untuk berbuat kebaikan, semata-mata terdorong ingin meraih ampunan dan ridha Allah, Tuhan Yang Maharahman.

Kedua hal itulah (saling memaafkan dan silaturahim) yang menjadi pondasi dasar terbangunnya trilogi ukhuwah, yaitu: ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Puncaknya akan terbentuk persatuan dan kesatuan umat.

Dengan bersilaturahim, sesama warga dan anggota masyarakat akan melihat keadaan saudaranya, bisa sharing (menceritakan) keadaan, kondisi, situasi, seklaigus permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, dari hal itu ada terdorong untuk membicarakan, bagaimana menemukan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi.

Dari hal itu, hubungan sosial antar anggota masyarakat akan terjalin lebih harmonis. Kesalahpahaman dapat diminimalisir dan mereka akan melakukan hal-hal terbaik, untuk memperbaiki keadaan, didorong semangat kasih sayang, saling memaafkan dan pengharapan akan ampunan dan keridhaan.

Semoga dengan momentum Idul Fitri ini, bangsa Indonesia mampu meraih manfaat maksimal, untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih baik, sehingga tercipta tujuan luhur bangsa Indonesia yang aman, damai harmonis dalam balutan kasih sayang antar sesama warga.

Mari lapangkan dada, bersihkan hati, ulurkan tangan untuk saling berjabat. Kiranya di hari ini, kita mampu kembali fitri, menjadi pribadi yang siap membangun sinergi, kerja sama, dan saling menguatkan.

Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin. Mari menuju kehidupan yang lebih baik, harmonis dan menjunjung tinggi toleransi dan mewujudkan persatuan dan kesatuan. (A/P2/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.