Jakarta, MINA – Di tengah hiruk-pikuk Pameran Buku Islam Internasional, Islamic Book Fair (IBF) 2025, stan Majelis Hukama Muslimin (MHM) menarik perhatian dengan pesan yang menyentuh hati, yakni cinta kepada seluruh makhluk sebagai wujud ajaran Islam yang universal.
Melalui bedah buku Cahaya Cinta dari Kota Madinah, MHM mengajak pengunjung menyelami makna cinta yang melampaui batas manusia dan menyentuh seluruh ciptaan Allah.
Karya tersebut ditulis oleh Muchlis M Hanafi, Direktur MHM Cabang Indonesia. Bedah buku yang berlangsung Jumat (20/6) di Jakarta itu menghadirkan pembicara M Arifin dari MHM dan Zia ul Haramein, Pengasuh Pesantren Darussunnah serta alumnus Universitas Islam Madinah. Acara turut dihadiri perwakilan kantor pusat MHM, termasuk Dr. Omar Obeidat.
“Cinta adalah fondasi dalam Dokumen Persaudaraan Manusia yang ditandatangani Grand Syekh Al-Azhar dan Paus Fransiskus,” ujar M Arifin. Menurutnya, dokumen tersebut menekankan bahwa ajaran agama sejati membawa pesan damai, saling memahami, dan kasih sayang antarsesama makhluk.
Arifin menjelaskan, bagian awal buku menelusuri makna cinta dari akar kata Arab habbah (biji), simbol dari sesuatu yang melekat dan tumbuh, sebagaimana cinta yang sejati mampu melahirkan manfaat bagi orang lain. Buku ini juga menggambarkan bagaimana cinta dalam Al-Qur’an memiliki spektrum luas, mulai dari cinta yang diridai Allah hingga yang dipengaruhi syahwat.
Menariknya, buku ini mengangkat dimensi cinta yang jarang disorot, relasi emosional Rasulullah tidak hanya kepada manusia, tetapi juga pada hewan, tumbuhan, dan bahkan batu. Arifin membagikan berbagai riwayat, termasuk tentang Gunung Uhud yang “mencintai dan dicintai” Nabi, serta kisah pohon kurma yang menangis saat Rasulullah berhenti bersandar padanya.
“Islam mengajarkan rahmat bagi semesta. Nabi bukan hanya dikasihi oleh manusia, tapi juga oleh makhluk lain. Cinta beliau begitu dalam hingga tercermin dalam respons seluruh alam terhadap kehadirannya,” jelasnya.
Dalam sesi yang sama, Zia ul Haramein mengenang masa kuliahnya selama 4,5 tahun di Universitas Islam Madinah. Ia menggambarkan Kota Nabawi sebagai ruang kontemplatif yang sarat sejarah spiritual.
Baca Juga: Stan MHM di IBF 2025 Hadirkan Pojok Anak dan Kelas Dongeng Ajarkan Nilai Moral di Era AI
“Waktu terasa lambat di sana, karena setiap sudutnya penuh jejak Rasulullah. Dari kota inilah dakwah Islam menjelma dari dimensi personal menjadi sosial dan politik,” ujarnya.
Stan MHM di IBF 2025 tidak hanya menjadi tempat pamer buku, tetapi juga ruang reflektif bagi pengunjung untuk memahami nilai-nilai spiritualitas lintas semesta yang diajarkan Islam. Lewat diskusi dan literasi, MHM mengajak publik menanamkan cinta yang inklusif, melampaui sekat agama, spesies, dan bentuk fisik, menuju dunia yang lebih damai dan penuh kasih.
Pameran Islamic Book Fair 2025 berlangsung pada 18–22 Juni di Jakarta Convention Center, menghadirkan ratusan penerbit, cendekiawan, dan tokoh spiritual dari berbagai negara.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pembina UAR Encep Zarkasih Berikan Arahan dalam Apel Pagi Panitia Tabligh Akbar 22 Juni 2025