Jakarta, MINA – Badan Riset dan Innovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Oseanografi merilis hasil monitoring sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) semasa pandemi dalam jurnal internasional Marine Pollution Bulletin.
Hasil riset tersebut berjudul “Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during COVID-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia (Heterogenitas musiman dan keterkaitan dengan curah hujan dalam pelepasan mikroplastik selama wabah COVID-19 dari wilayah Jabodetabek Menuju Teluk Jakarta, Indonesia)”.
Hasil riset kolaborasi peneliti BRIN yang dikoordinasi oleh M. Reza Cordova, dengan Universitas Terbuka, Universitas Sumatera Utara, IPB University dan University of Portsmouth (United Kingdom) ini menyimpulkan mikroplastik yang terindikasi dari sampah APD dari muara sungai menuju Teluk Jakarta semasa pandemi COVID-19 mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada saat curah hujan tinggi.
Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, M. Reza Cordova mengungkapan adanya peningkatan mikroplastik di muara sungai menuju Teluk Jakarta.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
“Secara proporsi terdapat peningkatan mikroplastik bentuk benang yang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis, dari sebelumnya hanya sekitar 3% sesaat setelah ditemukannya kasus COVID-19 pertama di Indonesia, hingga akhirnya proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020,” ungkapnya.
Riset monitoring mikroplastik di muara sungai ini mencatat kelimpahannya yang lebih tinggi di wilayah pesisir timur Teluk Jakarta dibandingan pesisir bagian barat.
Dari Sembilan muara sungai yang diteliti di Kawasan Jabodetabek, mikroplastik ditemukan pada semua muara sungai yang diteliti.
“Kelimpahan mikroplastik yang ditemukan ada pada kisaran 4,29 hingga 23,49 partikel mikroplastik per 1000 liter air sungai dengan rata-rata 9.02 partikel per 1000 liter air sungai yang bergerak menuju perairan Teluk Jakarta,” ujar Reza.
Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda
Menurutnya, penambahan mikroplastik paling tinggi ditemukan pada musim hujan yakni rata-rata 9.02 partikel per 1000 liter air sungai, sedangkan paling rendah ditemukan pada musim kemarau yakni 8.01 partikel per 1000 liter air sungai.
Reza dan tim berharap, peningkatan konsentrasi mikroplastik di lingkungan mendorong perbaikan pengelolaan sampah sekali pakai.
“Implementasi dari aturan yang ketat, pemberian sosialisasi dan pemahaman publik, diperlukan untuk mempromosikan metode pembuangan yang benar dan perubahan sistemik dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai.” jelas Reza.
Peningkatan penggunaan plastik semasa pandemi COVID-19 menghadirkan tantangan baru bagi komitmen Indonesia dalam mengurangi sampah plastik laut.
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
Keberadaan limbah alat pelindung diri (APD) seperti masker medis di lingkungan sungai dan pesisir menjadi topik hangat di sosial media sejak 2020, namun kajian komparatif terkait mikroplastik yang berasal dari sampah medis sebelum dan semasa pandemi sangat minim.
Reza menambahkan, mengingat kondisi pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, hasil riset ini bertujuan mengajak masyarakat turut berperan dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama terkait pembunangan sampah APD, dalam hal ini sampah masker yang biasa dipakai sehari hari oleh masyarakat. (L/R1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas